Saat baru terbit atau ketika senja datang, Matahari terlihat berwarna kuning, jingga, hingga menjurus ke merah. Kenapa demikian? Dan benarkah itu warna Matahari sesungguhnya?
Menurut Christopher Baird, asisten profesor fisika di West Texas A&M University, Amerika Serikat, jika ingin mengetahui warna Matahari, seseorang bisa membedah dan mengukurnya tanpa memerlukan teknologi canggih.
“Warna sebuah pancaran atau sinar bisa dengan mudah diidentifikasi dengan membuatnya melintasi sebuah prisma. Cara mudah, murah, dan bisa digenggam tangan itu membuat pancaran sinar cahaya tersebar ke dalam komponen warna murninya,” kata Baird, dikutip dari Live Science dilansir Kamis (10/7/2025).
Baird menambahkan, semua bagian Matahari dan lapisannya bercahaya. Menurutnya, warna Matahari adalah sebuah spektrum warna yang hadir di dalam cahaya Matahari, yang muncul dari interaksi kompleks antara semua bagian Matahari.
Setiap warna murni punya gelombang frekuensi yang unik. Itulah mengapa, para ilmuwan cenderung menggunakan kata ‘warna’ dan ‘frekuensi’ secara saling bergantian karena sebuah warna cahaya didefinisikan oleh frekuensinya.
Contohnya, untuk cahaya yang terlihat, merah punya frekuensi terendah dan ungu punya frekuensi tertinggi. Rentang warna atau frekuensi dalam sebuah pancaran sinar, disebut dengan spektrum.
Ketika kita mengarahkan sinar Matahari lewat sebuah prisma, kita bisa melihat semua warna pelangi keluar di ujung lainnya. Saat itulah kita melihat semua warna yang bisa dilihat oleh mata manusia.
“Oleh karenanya, Matahari itu (berwarna) putih karena putih tersusun dari semua warna,” kata Baird.
Selain lewat prisma, ada cara yang lebih rumit yakni dengan memanfaatkan kamera, yang akan mengambil pengukuran kuantitatif terhadap kecerahan cahaya yang mengenai piksel berbeda.
Hal tersebut memberi kita cara untuk memplot kecerahan frekuensi yang berbeda dalam spektrum Matahari. Jika satu frekuensi tertentu secara konsisten lebih cerah daripada yang lain, kita bisa menyimpulkan Matahari merupakan bayangan dari warna tersebut, namun bukan itu poinnya.
“Ketika kita melakukannya, kita menemukan secara kuantitatif bahwa semua warna yang terlihat, hadir di cahaya Matahari dan dalam jumlah yang kira-kira sama,” kata Baird.
Namun, yang penting, frekuensi-frekuensi ini tidak hadir dalam jumlah yang persis sama, hanya saja variannya tidak cukup signifikan untuk menjadi bermakna.
“Komponen warna sinar Matahari begitu dekat untuk hadir dalam jumlah yang sama sehingga jauh lebih tepat untuk mengatakan bahwa Matahari berwarna putih ketimbang mengatakan bahwa ia berwarna kuning, jingga, atau warna tunggal murni lainnya,” kata Baird.