Naik daunnya kecerdasan buatan (AI) membuat orang yang kompeten di sektor ini menjadi incaran banyak perusahaan seperti Google, OpenAI, xAI, dan lain sebagainya.
Meningkatnya perekrutan talenta di bidang AI sudah terjadi sejak ChatGPT dirilis pada 2022 lalu. Namun kini perekrutan talenta di bidang AI ini disebut sudah layaknya transfer atlet profesional.
“Mereka ingin maju secepat mungkin, jadi mereka mau mengeluarkan banyak uang untuk kandidat dengan keahlian spesial atau yang melengkapi, seperti kepingan permainan,” kata Ariel Herbert-Voss, CEO RunSybil, startup keamanan siber yang juga mantan peneliti OpenAI.
Perusahaan seperti OpenAI dan Google berusaha keras untuk menjadi yang terdepan dalam membuat model AI, dan caranya adalah dengan merekrut seseorang yang bisa melakukan hal itu. Salah satunya adalah Noam Brown, sosok peneliti yang ada di balik sejumlah terobosan di matematika kompleks.
Ia menceritakan pengalamannya saat mencari pekerjaan pada 2023 lalu. Ia dihubungi langsung, bahkan didatangi, oleh bos besar dari perusahaan teknologi. Misalnya diajak makan siang oleh pendiri Google Sergey Brin, diajak bermain poker dengan Sam Altman — pendiri OpenAI –, bahkan ada juga investor perusahaan AI yang langsung mendatanginya menggunakan jet pribadi.
Elon Musk pun kabarnya menghubungi langsung kandidat yang punya potensi untuk xAI, demikian dikutip infoINET dari Reuters, Kamis (22/5/2025).
Namun pada akhirnya, Brown memilih untuk berlabuh ke OpenAI, sekalipun secara finansial, itu bukan pilihan yang paling bagus. Brown memilih OpenAI karena pembuat ChatGPT itu mau mengalokasikan sumber daya, baik manusia maupun komputasi, untuk aspek pekerjaan yang ia mau.
Namun menurutnya, kebanyakan para peneliti pun bukan mengutamakan kompensasi finansial yang paling tinggi. Meski hampir semua perusahaan sudah siap mengeluarkan jutaan dolar untuk bonus dan gaji para peneliti utama ini.
OpenAI kabarnya menyiapkan bonus sebesar USD 2 juta untuk peneliti yang mengaku tertarik bergabung dengan mantan petinggi OpenAI Ilya Sutskever di perusahaan buatannya yang bernama SSI. Jika mereka mau bertahan, bonus itu masih ditambah ekuitas sebesar USD 20 juta.
Malah kabarnya ada perusahaan yang hanya mewajibkan rekrutan mereka bertahan selama setahun untuk mendapat bonus ekuitas penuh.
Ada juga peneliti OpenAI lain yang mendapat tawaran dari Eleven Labs, merkea ini ditawari bonus setidaknya sebesar USD 1 juta untuk tetap bertahan di OpenAI. Malah peneliti utama di OpenAI secara rutin mendapat bonus lebih dari USD 10 juta setiap tahunnya.
Sementara itu Google DeepMind memberikan bayaran hingga USD 20 juta setiap tahunnya untuk para peneliti utamanya, dan berbagai bonus lainnya, termasuk dalam bentuk saham.
Sebagai perbandingan, menurut Comprehensive.io, engineer utama di perusahaan teknologi besar rata-rata mendapat mendapat kompensasi tahunan sebesar USD 281 ribu dalam bentuk gaji dan USD 261 ribu dalam bentuk ekuitas.