NASA secara aktif berupaya untuk bisa kembali ke Bulan. Alih-alih bersaing dengan Uni Soviet seperti pada 1960-an selama Perang Dingin, kali ini mereka bersaing dengan China.
Dikutip dari Ecoportal, Senin (23/6/2025) China baru-baru ini mengungkapkan penelitian terbarunya yang dapat mengubah cara kerja wahana antariksa. Oksigen dulunya dianggap hanya ada di Bumi. Kemudian, ketika para ilmuwan mulai mempelajari alam semesta dengan menciptakan teknologi baru, mereka menemukan bahwa oksigen merupakan salah satu unsur yang paling melimpah di kosmos, begitu juga dengan helium dan hidrogen.
Meningkatnya minat China terhadap oksigen sebagai elemen dasar untuk perjalanan luar angkasa bukanlah suatu kebetulan. Di sisi lain, oksigen tidak sebanyak di alam semesta seperti di Bumi, dan hanya beberapa info tanpa udara yang dapat dihirup di planet lain dapat membuat astronaut mati lemas.
Elemen ini tidak hanya penting bagi kita, tetapi juga bagi makhluk hidup lain di planet ini, seperti hewan dan beberapa tumbuhan.
Setelah oksigen, alam semesta juga dipenuhi karbon, unsur yang hadir dalam kehidupan sehari-hari manusia dan tumbuhan, inilah yang dihirup oleh sebagian besar spesies. Karbon juga merupakan alasan mengapa Bumi semakin panas setiap tahunnya, dengan emisi yang disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil yang merusak lapisan ozon dan membuat planet ini tidak terlindungi.
Dengan mengingat hal ini, untuk setiap proyek lingkungan atau spasial yang besar, China hanya menciptakan sesuatu yang sepertinya hanya terlihat di film fiksi ilmiah, dan bahkan tidak ada di Bumi.
Dalam percobaan terbaru di stasiun luar angkasa Tiangong milik China, para astronaut berhasil mengubah karbon dioksida dan air menjadi unsur-unsur penting yang mendukung kehidupan. Proses ini, yang disebut fotosintesis buatan, pada dasarnya meniru apa yang dilakukan tanaman secara alami, menggunakan sinar Matahari, CO₂, dan air untuk menghasilkan oksigen dan bahan-bahan yang kaya energi.
Terobosan ini bisa menjadi tonggak penting menuju perjalanan antariksa yang lebih berkelanjutan. Alih-alih terlalu bergantung pada Bumi untuk persediaan, metode China menawarkan model tentang bagaimana misi masa depan bisa menjadi misi mandiri ke Bulan atau bahkan Mars yang mungkin dapat mendaur ulang karbon dioksida menjadi oksigen dan bahan bermanfaat lainnya langsung di dalamnya.
Percobaan ini dilakukan pada 18 Januari di dalam modul Mengtian, menggunakan peralatan yang disimpan dalam sesuatu yang oleh para peneliti disebut sebagai ‘laci antariksa.’
Selain penerapannya di luar angkasa, teknologi yang sama juga dapat membantu mengatasi masalah di Bumi. Para ilmuwan telah menemukan cara untuk mengubah CO₂ menjadi sumber makanan berprotein tinggi, yang kaya akan asam amino esensial.
Selama 40 tahun terakhir, penanaman pohon besar-besaran dan proyek lingkungan di China telah membantu menyerap hampir 400 juta ton CO₂ setiap tahun, yang berperan besar dalam memangkas emisi karbon global yang terkait dengan penggunaan lahan. Seiring dengan meningkatnya permintaan akan alternatif pangan berkelanjutan, studi ini menunjukkan bagaimana sumber daya yang terabaikan, seperti karbon dioksida, dapat digunakan kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat. Studi ini juga membuka pintu untuk memikirkan kembali bagaimana biomassa digunakan dalam produksi pangan modern.
Para peneliti di balik studi ini menekankan bagaimana bioproses ini dapat memainkan peran kunci dalam membangun ekonomi karbon sirkular. Alih-alih hanya mengurangi emisi CO₂, bioproses ini menawarkan cara untuk menggunakan kembali karbon dengan mengubahnya menjadi sumber daya yang berharga. Hal ini dapat menjadikannya bagian utama dari sistem pangan berkelanjutan di masa depan dan upaya untuk memastikan keamanan pangan global.
Jika diproyeksikan ke depan, bidang ini mungkin akan terus berubah, terutama di daerah-daerah yang sering mengalami kekurangan pangan. China dapat memimpin penerapan pendekatan ini di daerah-daerah yang menghadapi kerawanan pangan. Dengan penelitian lebih lanjut, sistem protein mikroba dapat ditingkatkan untuk meningkatkan efisiensi dan nilai gizi. Teknik-teknik seperti pembiakan selektif galur mikroba hasil tinggi dapat membuka pintu bagi model-model produksi yang lebih baik.