Saat banyak perusahaan menggeber transformasi digital, banyak perusahaan lain yang tak mempunyai sistem keamanan siber yang memadai.
Menurut Edward, Direktur PT. Nusa Network Prakarsa yang bergerak di bidang penyedia solusi keamanan jaringan dan infrastruktur IT, kondisi ini membuat perusahaan tersebut menjadi rentan terhadap berbagai ancaman digital, dari mulai peretasan, kebocoran data, sampai ransomware.
“Banyak perusahaan belum menyadari bahwa mereka sebenarnya sudah menjadi target, bahkan sejak awal mereka terhubung ke internet,” kata Edward, dalam keterangan yang diterima infoINET, Senin (16/6/2025).
Edward menjelaskan bahwa kelemahan terbesar justru bukan pada teknologinya, melainkan pada minimnya kesadaran dan literasi keamanan digital di internal perusahaan.
“Kebocoran data sering kali disebabkan oleh hal-hal sepele, seperti penggunaan password yang mudah ditebak atau klik tautan phishing oleh karyawan,” tambahnya.
Keamanan siber seringkali dianggap sebagai biaya tambahan untuk perusahaan, bukan sebagai perlindungan strategis untuk kelangsungan bisnis. Padahal, satu insiden peretasan saja bisa menyebabkan kerugian besar, baik secara finansial maupun reputasi. Kesadaran ini harus mulai dibangun dari level pimpinan, bukan hanya diserahkan ke tim IT.
“Selain karena alasan biaya, banyak perusahaan juga enggan berinvestasi pada keamanan siber karena merasa sistem IT mereka sudah cukup aman atau belum pernah mengalami insiden serius. Pola pikir ‘selama ini tidak ada masalah’ masih sering dijumpai, sehingga pengamanan digital dianggap bukan prioritas. Padahal, tanpa regulasi yang tegas soal standar keamanan, banyak pelaku usaha cenderung menunda hingga terjadi insiden yang merugikan,” jelas Edward.
Transformasi digital dan keamanan siber menurutnya adalah dua hal yang harus berjalan beriringan dan berkelanjutan. Namun praktiknya, banyak perusahaan yang menerapkan satu jenis sistem keamanan, dan dianggap sudah mencukupi untuk melindungi semua infrastruktur digitalnya.
Padahal, ancaman siber terus berkembang setiap saat dan sistem keamanannya pun harus terus diperbarui dan disesuaikan dengan kondisi saat ini.
Dalam sejumlah kolaborasi penting, PT. Nusa Network Prakarsa membantu klien tidak hanya dalam penguatan sistem teknis, tetapi juga dalam merancang kebijakan internal keamanan informasi yang sejalan dengan standar global.
Langkah ini mencerminkan peran perusahaan sebagai mitra transformasi digital yang tidak hanya fokus pada solusi teknologi, tetapi juga pada penguatan tata kelola dan budaya keamanan siber di dalam organisasi.
“Kami ingin menciptakan budaya keamanan digital yang berkelanjutan. Bukan hanya pasang sistem lalu selesai, tapi memastikan setiap elemen di perusahaan paham dan siap menghadapi risiko siber,” tutupnya.