Ada pulau ular di Brasil yang sangat berbahaya di Brasil dan terlarang dikunjungi masyarakat sipil. Betapa tidak, di sana ada sekitar 2.000 sampai 4.000 ular berbisa. Menurut ilmuwan, ular itu begitu ganas.
Seorang ilmuwan Australia bercerita tentang kunjungannya ke pulau terpencil itu, yaitu Ilha de Queimada Grande, di lepas pantai Sao Paulo. Hanya segelintir tentara dan ilmuwan diberi izin mengunjungi pulau paling berbahaya di dunia itu tiap tahun sejak dinyatakan terlarang tahun 1920-an.
Pulau itu relatif kecil, panjangnya 1,5 km dan lebarnya hanya 500 m. Di sana berkumpul ular mematikan yaitu spesies ular berbisa berkepala emas, salah satu yang paling mematikan di Bumi. Spesies itu hanya bisa ditemukan di sana.
Racunnya lima kali lebih ganas daripada sepupunya di daratan dan dapat membunuh orang dalam waktu kurang dari sejam. Bisanya memunculkan gejala mengerikan seperti gagal ginjal, pendarahan internal dan kematian jaringan. Dalam beberapa kasus, bisa ular ini diketahui dapat melelehkan daging manusia.
Hanya beberapa ilmuwan yang mempelajari ular ini dapat berkunjung, kadang bersama angkatan laut Brasil, yang merawat mercusuar di sana. Bryan Fry, penggila ular dan profesor toksikologi di Universitas Queensland, adalah salah satu dari sedikit orang yang mengunjungi pulau itu tahun 2010, 2015 dan 2019.
Pada perjalanan terakhir, ia ditemani presenter 60 Minutes saat itu Tara Brown, di mana ia perlu waktu sekitar enam bulan untuk mendapat izin khusus. Profesor Fry mengatakan kepadanya bahwa jika digigit ular-ular ini, manusia akan mati dengan menyakitkan. “Anda akan mati sambil menjerit,” cetusnya.
“Semua ular berbisa berkepala tombak, jika Anda hidup cukup lama setelah digigit, lengan Anda akan putus karena mereka menyebabkan kerusakan jaringan yang luar biasa,” kata Profesor Fry dalam wawancara terbaru yang dikutip infoINET dari News.com.
“Itu merupakan gejala dari cara mereka membunuh, yaitu dengan memicu stroke dan syok hemoragik. Jadi, mereka pada dasarnya menghancurkan sistem darah yang menyebabkan darah Anda menggumpal, tapi pada saat yang sama, mereka juga menghancurkan integritas pembuluh darah,” paparnya.
Jadi jika mangsanya tidak mati karena stroke, ia akan kehabisan darah karena pembuluh darahnya pada dasarnya meleleh di bagian dalam. Hal yang sama yang akan terjadi pada lengan kita jika kita hidup cukup lama.
Dia mengaku tidak takut saat berkunjung ke sana karena mengagumi ular itu. Sebagai perlindungan, mereka memakai pakaian khusus. Sayangnya saat ini, jumlah ular berkepala emas di sana kian menyusut. Populasi yang ada pun terlihat kurus dan tidak sehat.
Alasannya adalah mangsa semakin terbatas. Burung yang bermigrasi ke sana semakin sedikit. Habitat burung yang semakin rusak mengurangi populasinya dan ujung-ujungnya, membuat ular kekurangan makanan.