China dan Rusia berencana membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Bulan. Memorandum kerja sama proyek ini telah ditandatangani oleh badan antariksa Rusia (Roscosmos) dan China National Space Administration (CNSA).
Reaktor nuklir ini akan dipakai menyediakan energi listrik untuk International Lunar Research Station (ILRS), stasiun penelitian di Bulan yang dipimpin oleh China dan Rusia. PLTN in direncanakan selesai dibangun pada tahun 2036.
“Statsiun ini akan melakukan penelitian antariksa yang fundamental dan menguji coba teknologi untuk operasi ILRS jangka panjang tanpa awak, dengan prospek kehadiran manusia di Bulan,” kata Roscosmos dalam pengumumannya, seperti dikutip dari LiveScience, Selasa (27/5/2025).
Konstruksi reaktor nuklir buatan China dan Rusia akan dilakukan secara otonom tanpa campur tangan manusia, menurut wawancara dengan Director General Roscosmos Yuri Borisov pada tahun 2024. Borisov tidak menjelaskan bagaimana hal ini akan dicapai, tapi ia menambahkan teknologinya sudah hampir siap.
ILRS adalah pusat penelitian permanen yang berlokasi di kutub selatan Bulan. Saat ini sudah ada 17 negara yang tertarik untuk bergabung dengan program tersebut, termasuk Mesir, Pakistan, Venezuela, Thailand, dan Afrika Selatan.
Fondasi proyek ini akan dimulai dengan misi Chang’e-8 yang akan diluncurkan China pada tahun 2028. Ini akan menjadi misi pertama China untuk mendaratkan astronaut di Bulan.
Rencana pembangunan ILRS pertama kali diumumkan pada Juni 2021. Saat itu China dan Rusia mengatakan mereka akan membawa material yang dibutuhkan untuk membangun markas di Bulan menggunakan lima roket super-heavy yang akan diluncurkan dari tahun 2030 sampai 2045.
Setelah bagian dasarnya terbentuk, China berencana melakukan peluncuran tambahan untuk memperluas markasnya, termasuk menghubungkannya dengan stasiun luar angkasa yang mengorbit Bulan.
ILRS merupakan kompetitor misi Artemis yang dipimpin oleh Amerika Serikat. Program ini berencana membangun stasiun luar angkasa yang mengorbit Bulan bernama Gateway mulai tahun 2027.
Misi Artemis melibatkan NASA dan badan antariksa dari 55 negara lainnya. Namun, masa depan program ini dipertanyakan setelah pemerintahan Donald Trump berencana memangkas anggaran NASA dan mendesak proyek Gateway dibatalkan.