Perdebatan soal adanya alien atau tidak sudah menjadi hal yang tak asing. Sesama teman pun bisa jadi punya pandangan berbeda soal isu tersebut.
Yang pasti, Anugerah Sentot Sudono Wakil Ketua BETA UFO Indonesia mengungkap ada sekitar 14 alat yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan UFO. Dia menjabarkannya kepada infoINET, Sabtu (17/5/2025), melalui pesan singkat.
“Deteksi multimodal adalah pendekatan yang menggabungkan berbagai alat dan metode untuk mendeteksi dan menganalisis objek tak dikenal (UAP/UFO) dari berbagai sudut pandang sensor,” ujarnya.
Berikut ini 14 hal yang dapat dijadikan modal dalam membukti keberadaana alien.
Sistem radar aktif bisa berupa sistem radat tradisional baik yang digunakan militer maupun bandara. Cara kerjanya dengan mengirim sinyal > menabrak objek > sinyal kembali > dihitung waktu dan arah pantulannya.
“Masalahnya, banyak sistem radar memfilter objek kecil (balon, drone) karena dianggap ‘gangguan’. Sebagai contoh ada insiden balon mata-mata China yang awalnya tidak terdeteksi karena difilter radar,” jabarnya.
Radar pasif tidak mengirimkan sinyal apapun, tetapi menangkap pantulan sinyal dari sumber lain seperti TV digital, radio, dan satelit.
Cara kerjanya dengan menangkap emisi elektromagnetik dari UFO yang tidak biasa. Uniknya, sinyal bisa berbeda dari pesawat militer, satelit, dan radar cuaca.
“(Ini) digunakan untuk mendeteksi potensi propulsi elektromagnetik, seperti dalam model Alzofon,” tulis Nugy.
Kedua alat ini dapay digunakan dalam melihat radiasi sangat kuat (lebih tinggi dari sinar matahari). Kalau UFO mengeluarkan sinar gamma, bisa berarti ada aktivitas energi tinggi. Walaupun begitu, energi tinggi itu bisa saja berasal dari reaktor nuklir mini.
Benda ini dapat mendeteksi gangguan kecil di medan magnet Bumi. Jika UFO menggunakan sistem propulsi elektromagnetik, medan magnet di sekitarnya akan terganggu. Kendati demikian, tidak cocok untuk deteksi benda non-logam.
Menurut Nugy, kamera biasa yang sudah 48 MP sudah cukup untuk mendeteksi redshift/blueshift yakni pergerakan. Pergerakannya bisa mendekat, bisa juga menjauh.
FLIR mengubah panas menjadi gambar. Ini dapat mendeteksi karena interaksi dengan udara yang mana bila ada gesekan, maka seharusnya menjadi panas. Mungkin juga untuk mengetahui adanya pola pergerakan ‘diam tapi panas’ yang diyakini Nugy mungkin saja teknologi canggih.
Kamera biasa sebenarnya bisa lihat sedikit UV, tapi disaring. Kamera bisa dimodifikasi dengan filter UV dilepas dan lensa diganti kuarsa.
“Banyak serangga lihat dunia dalam UV → artinya, ini alamiah, tapi tersembunyi dari mata manusia,” ungkap Nugy.
Ada efek distorsi cincin dalam foto/video karena medan magnet sangat kuat. Ini tampak seperti ‘gelombang di udara’.
Akan tetapi, ini dapat disalahartikan sebagai efek kamera, jadi butuh verifikasi lintas alat (misalnya
bersamaan dengan magnetometer).
“Cahaya dibelokkan oleh gravitasi ekstrem > objek tampak berubah bentuk, membelah, atau menghilang. Ini dipakai astronomi untuk melihat galaksi jauh. Jika UFO pakai ‘warp field’ (medan melengkungkan ruang), ini bisa jadi efek nyata,” ucapnya.
Geiger Counter digunakan untuk mengukur paparan radiasi. Kata Nugy, jika UFO mendarat, ini bisa meninggalkan jejak radiasi seperti dalam kasus Rendlesham Forest (1980).
“Beberapa saksi mengalami luka bakar ringan, mual, dan rontok rambut yang mirip paparan reaktor,” tutur Nugy.
“Neutrino adalah partikel yang menembus semua benda, bahkan Bumi. Biasanya deteksinya butuh ratusan ton air di laboratorium bawah tanah. Tapi kini ada versi kecil dan portabel (masih eksperimen). Apabila UFO bisa mendeteksi neutrino, mungkin mereka bisa ‘melihat’ reaktor nuklir dari jauh,” jelasnya.
Dengan merekam suara, ada dengungan frekuerensi rendah atau desiran dan ‘klik’ yang dapat terdengar. Suara pun dapat menunjukkan adanya perubahan tekanan udara dan adanya interaksi dengan lingkungan.
Sistemnya sama dengan radar tapi di bawah air. Nugy menuturkan banyak kapal militer laporkan ‘Fast Movers’ (objek sangat cepat) yang tidak bisa dijelaskan. Sonar bawah air dapat digunakan untuk menghitung jarak, kecepatan, maupun kedalaman.
Jadi, dengan 14 alat yang disebut dapat mendeteksi UFO, Nugy menegaskan ini membantu dalam banyak hal. Misalnya kesalahan umum yakni fenomena UFO palsu.
“Banyak UFO palsu adalah awan berbentuk aneh, pantulan cahaya, maupun efek lensa kamera. Dengan multimodal, ini bisa disaring,” tandas Nugy.