Konflik antara India dan Pakistan terus memanas dengan saling serang keduanya. Pakar khawatir ada perang nuklir.
Berawal dari insiden penembakan di Kashmir yang menewaskan 26 turis, India dan Pakistan kini saling berbalas serangan jet tempur dan adu rudal. Sama-sama keras kepala, dan sama-sama punya senjata nuklir.
Dari kacamata teknologi militer, ancaman perang nuklir tidak bisa diabaikan begitu saja. Pakar dari Yale University Sushant Singh seperti diberitakan News.com Australia yang dilansir Jumat (9/5/2025) mengatakan situasi cukup pelik.
“Dengan retorika PM Modi menyisakan sedikit ruang untuk kompromi, militer Pakistan dalam tekanan untuk merespons dengan kekuatan penuh terhadap serangan India dan keterlibatan China bertambah di kawasan itu, kejadian di Kashmir berisiko memicu eskalasi tak terkendali,” kata Singh.
Hal senada disampaikan pakar keamanan Universitas Princeton, Dr Sajid Farid Shapoo. Dia bilang aksi militer simbolis dari India tidak akan menggoyahkan Pakistan karena punya nuklir.
“Ketika seruan untuk ‘perang terbatas’ kembali muncul, India harus menyadari bahwa aksi militer simbolis saja tidak dapat memaksa musuh bersenjata nuklir yang memandang terorisme sebagai alat berbiaya rendah dan berhadiah tinggi,” kata Shapoo mengomentari sikap Pakistan yang ambigu terhadap kelompok militan di balik aksi penembakan di Kashmir.
Namun, jika aksi militer India dilakukan dengan tepat, Pakistan akan berpikir untuk membereskan kelompok teroris di perbatasan dengan India. Tapi kata Singh, jangan lupa ada faktor China di tengah perang India-Pakistan.
Kata Singh, China menjadi faktor yang bisa mencegah Pakistan memakai nuklir. Hal ini karena China memberikan dukungan ke Pakistan yang membuat negara itu bisa mempertimbangkan opsi-opsi lain menghadapi India.
“Meskipun terjadi kekacauan politik internal, Pakistan tetap memiliki rasa menahan diri yang kuat untuk tidak memakai nuklir dan dukungan dari China, yang memiliki kepentingan sendiri di Kashmir,” kata Singh memperingatkan.
Sudah lama sebenarnya gesekan bersenjata terjadi antara India dan Pakistan, namun kini semakin menjadi-jadi. Sajid Shapoo menyebut ini sebagai ‘perang terbatas’, namun masalahnya tidak ada pengertian antara dua pihak yang bertikai.
“Serangan India yang lebih kuat dapat mengikis sikap menahan diri Pakistan, yang berpotensi mendorong penggunaan senjata nuklir taktis untuk nantinya setelah itu bisa menahan diri lagi,” tambahnya.
Shapoo bilang kalau Pakistan diam saja pun akan rentan dengan serangan India. Sejauh ini, India sudah membom beberapa titik yang disebut tempat teroris di Pakistan. Pakistan membalas dengan menembak jatuh jet tempur India yang jadi viral di media sosial.
Singh mengingatkan Pakistan bisa membalas India sama kerasnya. Sementara itu dia mengingatkan China sudah memantau situasi dengan 25 ribu tentara bersiaga di Himalaya perbatasan China-India. 50.000 tentara lain dengan artileri dan dukungan udara ada di tempat lain dengan akses jalan, jembatan dan pangkalan udara.
“Tujuan India haruslah menghukum yang jelas, bukan eskalasi emosional. Ini soal permainan yang panjang, bukan permainan yang berisik,” pungkas Shapoo.