Dampak Kebijakan Trump terhadap Aplikasi Temu dan Shein di Indonesia

Posted on

Aplikasi toko online populer China, Temu dan Shein beberapa waktu silam sempat dilaporkan akan masuk ke Indonesia. Bahkan, aplikasi Temu sudah sempat muncul di toko aplikasi Google dan Apple di Indonesia.

Akan tetapi pemerintah Indonesia langsung bertindak dan melarang Temu maupun Shein beroperasi di Indonesia. Kebijakan itu tak lepas dari model bisnis keduanya yang bisa menjual barang dari China dengan harga sangat murah.

Itu lantaran barang dari produsen China bisa dijual dari pabrik ke konsumen akhir tanpa perantara. Maka dikhawatirkan barang lokal kalah bersaing. Di negara lain pun, model bisnis Temu dan Shein membuatnya populer, bahkan di Amerika Serikat.

Akan tetapi di bawah pemerintahan Donald Trump, Temu dan Shein bernasib malang. Pertama-tama, Trump menerapkan tarif impor sangat tinggi yaitu 145% untuk barang yang diimpor dari China.

Tidak hanya itu, sebelumnya barang Temu dan Shein bisa melenggang dengan harga murah karena ada celah bernama de minimis. Pengecualian de minimis memungkinkan paket yang nilainya di bawah USD 800 masuk ke AS bebas bea.

Nah, pemerintahan Trump berencana menutup celah ini Mei mendatang sehingga barang Temu dan Shein akan lebih mahal. Menurut Reuters, Trump awalnya ingin menutup celah tersebut bulan Februari, tapi menundanya setelah paket menumpuk tanpa waktu untuk merencanakan dan melaksanakan perubahan kebijakan.

Dikutip infoINET dari USA Today, Shein dan Temu menjual bermacam produk termasuk pakaian, furnitur, dan lainnya yang tiba dengan cepat dan murah ke AS. Antara tahun 2018 dan 2023, ekspor China ke AS untuk paket tunggal bernilai rendah melonjak dari USD 5,3 miliar menjadi USD 66 miliar

Bagian 321 Undang-Undang Tarif tahun 1930 AS mengenai de minimis, menjadi jalur utama impor e-commerce dari China ke AS. Lebih dari separuh dari semua paket dengan pengecualian de minimis berasal dari China dan lebih dari 30% dari semua paket harian yang dikirim berdasarkan de minimis berasal dari Temu dan Shein.

Dengan akan ditutupnya celah itu, kerugian tak hanya dialami Temu dan Shein, tapi juga warga AS. “Menghilangkan celah hukum bagi China akan berdampak negatif luas bagi warga Amerika, khususnya konsumen yang lebih miskin,” cetus lembaga pemikir libertarian Cato Institute.

Selain itu, raksasa e-commerce AS sendiri yakni Amazon, juga akan mengalami kesulitan terkait tarif dan kebijakan Trump. Pasalnya, banyak barang Amazon berasal dari China dan berpotensi akan ada kenaikan harga. Sebagian pedagang juga berencana keluar dari Amazon.

“Ini bukan sekadar masalah pajak, tapi seluruh struktur biaya menjadi kewalahan,” kata Wang Xin, kepala Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association, yang mewakili lebih dari 3.000 penjual Amazon. Beberapa penjual ingin menaikkan harga di AS, yang lain mencari pasar baru.

“Akan sangat sulit bagi siapa pun bertahan hidup di pasar AS. Jadi, bagi kita semua yang berkecimpung di bisnis e-commerce lintas batas saat ini, ini benar-benar pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” katanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *