wintechmobiles.com OpenAI resmi meluncurkan model kecerdasan buatan terbaru bernama GPT-5.2 Codex. Model ini diperkenalkan sebagai varian khusus yang difokuskan untuk kebutuhan pemrograman dan pengembangan perangkat lunak. Kehadirannya berbeda dari GPT-5.2 versi umum yang dirilis pada pekan sebelumnya.
GPT-5.2 Codex dikembangkan secara khusus untuk ekosistem Codex. Codex sendiri merupakan agen rekayasa perangkat lunak berbasis cloud yang dirancang untuk membantu proses coding secara menyeluruh. OpenAI menegaskan bahwa optimalisasi ini membuat GPT-5.2 Codex lebih relevan bagi pengembang profesional.
Menurut OpenAI, GPT-5.2 Codex dirancang untuk menangani pekerjaan pemrograman jangka panjang. Model ini memanfaatkan Context Compaction untuk menjaga pemahaman konteks tetap stabil. Kemampuan tersebut sangat berguna saat menghadapi perubahan kode berskala besar seperti refactoring dan migrasi sistem.
Selain itu, GPT-5.2 Codex disebut memiliki kinerja yang lebih baik di lingkungan Windows. Aspek keamanan siber juga mengalami peningkatan signifikan. OpenAI mengklaim model ini lebih tahan terhadap berbagai jenis serangan siber dibandingkan model AI sebelumnya.
Dari sisi ketersediaan, GPT-5.2 Codex mulai dapat digunakan sejak Kamis (18/12/2025). Akses awal diberikan kepada pengguna ChatGPT berbayar. OpenAI menyatakan bahwa akses API akan dirilis dalam beberapa pekan ke depan.
Lebih Andal untuk Coding
OpenAI menjelaskan bahwa GPT-5.2 Codex dibangun di atas fondasi GPT-5.2 dan GPT-5.1-Codex-Max. Model AI ini memiliki pemahaman konteks panjang yang lebih kuat. Kemampuan tool calling juga ditingkatkan agar lebih konsisten dan andal.
Akurasi fakta pada GPT-5.2 Codex diklaim lebih tinggi. Model ini turut mendukung native compaction yang membantu menjaga efisiensi konteks. Kombinasi peningkatan tersebut membuat GPT-5.2 Codex lebih stabil dalam menangani tugas pemrograman yang berjalan lama.
Codex juga mampu mengerjakan tugas kompleks tanpa mudah kehilangan konteks. Contohnya mencakup refactoring besar, migrasi kode, hingga pengembangan fitur baru. Proses berulang tetap dapat dijalankan secara konsisten dalam satu alur kerja.
Unggul dalam Pengujian Benchmark
Dari sisi performa, GPT-5.2 Codex menunjukkan hasil menonjol dalam pengujian internal OpenAI. Model ini mencatat skor tertinggi pada SWE-Bench Pro dan Terminal-Bench 2.0. Kedua tolok ukur tersebut dirancang untuk menilai kemampuan coding agent dalam skenario dunia nyata.
Pada pengujian SWE-Bench Pro, model diberikan sebuah repositori kode. Tugasnya adalah menghasilkan patch untuk menyelesaikan masalah rekayasa perangkat lunak yang realistis. GPT-5.2 Codex meraih skor akurasi sebesar 56,4 persen.
Sementara itu, Terminal-Bench 2.0 menguji kemampuan model di lingkungan terminal sungguhan. Tugasnya meliputi kompilasi kode, pelatihan model, hingga konfigurasi server. Dalam pengujian ini, GPT-5.2 Codex mencatat akurasi sebesar 64 persen.
Peningkatan lain juga terlihat pada kemampuan multimodal. GPT-5.2 Codex mampu membaca screenshot, diagram teknis, grafik, serta antarmuka dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi. Model ini juga dapat mengubah mockup desain menjadi prototipe fungsional secara cepat.
Giok4D hadirkan ulasan eksklusif hanya untuk Anda.
Codex mendukung kolaborasi dalam sesi coding. Fitur ini membantu pengembang membawa prototipe dari tahap awal hingga siap digunakan di lingkungan produksi.
Keamanan Siber Jadi Fokus
OpenAI menegaskan bahwa keamanan siber menjadi perhatian utama dalam pengembangan GPT-5.2 Codex. Peningkatan keamanan telah dilakukan secara bertahap sejak GPT-5 Codex, berlanjut ke GPT-5.1 Codex-Max, dan kembali ditingkatkan pada versi terbaru ini.
Sebagai ilustrasi, OpenAI memaparkan kasus yang melibatkan Andrew MacPherson. Ia merupakan principal security engineer di Privy, perusahaan yang berada di bawah Stripe. Andrew menggunakan GPT-5.1-Codex-Max bersama Codex CLI untuk meneliti kerentanan pada React.
Dalam proses tersebut, Andrew menemukan perilaku sistem yang dinilai mencurigakan. Hal ini mendorong penyelidikan lanjutan dan akhirnya dilaporkan secara bertanggung jawab kepada tim React. Menurut OpenAI, kasus ini menunjukkan peran AI dalam mempercepat pekerjaan keamanan defensif.
Seiring penguatan sistem keamanan, OpenAI mulai menerapkan kontrol akses yang lebih ketat. Program ini dinamakan Trusted Access Pilot. Akses diberikan melalui undangan khusus kepada pihak yang memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria tersebut mencakup profesional keamanan yang telah diverifikasi serta organisasi dengan kebutuhan keamanan siber yang jelas. OpenAI menyebut pihak terpilih akan memperoleh akses ke model AI paling mumpuni untuk kebutuhan keamanan, sebagaimana disampaikan melalui blog resmi OpenAI.







