Brendan Foody: Bocah 20-an Drop Out Jadi Miliarder Berkat AI

Posted on

Pada usia awal 20-an, ketika sebagian besar mahasiswa sibuk mengejar IPK dan menyelesaikan tugas akhir, Brendan Foody justru memilih jalan ekstrem: ia keluar dari kampus sebelum ujian akhir dan terjun membangun perusahaan kecerdasan buatan (AI).

Keputusan nekat itu kini berubah menjadi kisah spektakuler. Foody resmi menjadi salah satu miliarder self-made termuda di dunia berkat Mercor, startup AI bernilai USD 10 miliar.

Keberanian itu muncul setelah ia dan dua rekannya menemukan model bisnis sederhana namun kuat dalam sebuah hackathon di São Paulo. Mereka mencocokkan perusahaan Amerika dengan insinyur luar negeri, menangani logistik, kemudian mengambil persentase kecil dari setiap kontrak. Model awal ini berkembang cepat, mengantar Mercor meraih pendapatan awal USD 1 juta hanya dalam sembilan bulan.

Namun ide tersebut segera berevolusi. Mercor tak lagi sekadar menghubungkan talenta. Mereka membuat pasar baru: “tenaga kerja manusia yang melatih dan menguji AI”. Konsultan, bankir, pengacara, hingga dokter direkrut untuk membuat “evals” dan rubrik yang mengajarkan penalaran manusia ke model AI.

“Semua orang fokus pada apa yang bisa dilakukan model AI,” kata Foody dikutip dari artikel interview Fortune. “Tapi peluang terbesar adalah mengajari mereka apa yang hanya diketahui manusia-penilaian, nuansa, dan selera.”

Dalam dua tahun, Mercor menjelma menjadi salah satu startup AI paling cepat tumbuh. Perusahaan tersebut kini bernilai USD 10 miliar, menempatkan Foody dan dua sahabat masa SMA-Adarsh Hiremath serta Surya Midha-di daftar miliarder termuda dunia.

Produk andalan Mercor adalah AI Productivity Index (APEX), benchmark yang mengukur kemampuan AI dalam menyelesaikan tugas bernilai ekonomi. Bukan sekadar soal matematika atau logika abstrak, APEX menguji model AI pada 200 tugas profesional: menulis memo keuangan, membuat draf legal, hingga membaca data medis.

Untuk merancangnya, Mercor menggaet deretan penasihat kelas dunia, mulai dari Larry Summers (mantan Menteri Keuangan AS), Dominic Barton (mantan bos McKinsey), Cass Sunstein (pakar hukum), hingga Eric Topol (kardiologis ternama). Mereka membantu membuat rubrik evaluasi yang mencerminkan dunia kerja profesional sesungguhnya.

“Punya 10.000 PhD di kantong Anda itu hebat,” tulis Mercor, “tapi lebih baik lagi jika model AI bisa diandalkan untuk mengerjakan pajak Anda.”

“Kami punya salah satu ramp pendapatan tercepat dari perusahaan mana pun dalam sejarah,” kata Foody.

Ia bahkan mengaku belum pernah mengambil cuti sehari pun dalam tiga tahun terakhir. Baginya, bekerja di Mercor bukan kewajiban-melainkan obsesi yang terus memberikan hasil.

Foody memahami kekhawatiran tentang AI menggantikan pekerjaan manusia. Namun ia menilai ketakutan itu mirip dengan kecemasan pada awal revolusi industri.

“Kita mungkin mengotomatisasi dua pertiga pekerjaan pengetahuan,” ujarnya. “Dan itu bagus, karena itu membuka jalan untuk hal-hal seperti menyembuhkan kanker atau pergi ke Mars.”

Menurutnya, AI bukan menghapus tenaga kerja, tetapi mengalokasikannya ulang. Tugas repetitif akan digantikan mesin, sementara manusia naik ke peran bernilai lebih tinggi: mengajari mesin berpikir.

“Pertanyaannya adalah, apa saja pekerjaan baru yang akan lahir-dan seberapa cepat kita bisa mencapainya.”

Dari mahasiswa drop out hingga miliarder muda, kisah Brendan Foody menjadi bukti bahwa keberanian mengambil jalur tak biasa bisa membuka jalan menuju masa depan teknologi yang tak terbayangkan.

APEX: Mesin Uji ‘Kecerdasan Kerja’ AI

Mengapa Mercor Begitu Diburu Investor?

Revolusi Industri Baru

Gambar ilustrasi
Gambar ilustrasi

“Kami punya salah satu ramp pendapatan tercepat dari perusahaan mana pun dalam sejarah,” kata Foody.

Ia bahkan mengaku belum pernah mengambil cuti sehari pun dalam tiga tahun terakhir. Baginya, bekerja di Mercor bukan kewajiban-melainkan obsesi yang terus memberikan hasil.

Foody memahami kekhawatiran tentang AI menggantikan pekerjaan manusia. Namun ia menilai ketakutan itu mirip dengan kecemasan pada awal revolusi industri.

“Kita mungkin mengotomatisasi dua pertiga pekerjaan pengetahuan,” ujarnya. “Dan itu bagus, karena itu membuka jalan untuk hal-hal seperti menyembuhkan kanker atau pergi ke Mars.”

Menurutnya, AI bukan menghapus tenaga kerja, tetapi mengalokasikannya ulang. Tugas repetitif akan digantikan mesin, sementara manusia naik ke peran bernilai lebih tinggi: mengajari mesin berpikir.

“Pertanyaannya adalah, apa saja pekerjaan baru yang akan lahir-dan seberapa cepat kita bisa mencapainya.”

Dari mahasiswa drop out hingga miliarder muda, kisah Brendan Foody menjadi bukti bahwa keberanian mengambil jalur tak biasa bisa membuka jalan menuju masa depan teknologi yang tak terbayangkan.

Mengapa Mercor Begitu Diburu Investor?

Revolusi Industri Baru

Gambar ilustrasi