Menurut sebuah penelitian, objek dari luar angkasa seperti komet antarbintang 3I/ATLAS dapat memulai pembentukan planet di sekitar bintang masif. Jika benar, itu berarti ‘tamu’ antarbintang ini dapat memecahkan masalah yang tidak dapat dijelaskan oleh teori saat ini tentang pembentukan planet.
Objek antarbintang bahkan dapat membantu menjelaskan bagaimana mungkin planet seukuran Jupiter terbentuk di sekitar bintang seperti Matahari kita. Untuk diketahui, komet 3I/ATLAS saat ini sedang melintasi Tata Surya kita, berasal dari tempat lain di Galaksi.
Tidak seperti komet yang berasal dari Tata Surya kita, dan yang mengorbit Matahari, 3I/ATLAS akan segera keluar dan hilang selamanya. Para ilmuwan hanya pernah mengamati tiga objek antarbintang seperti itu: 1I/ʻOumuamua, 2I/Borisov, dan 3I/ATLAS.
Artinya, pengunjung luar angkasa ini, jika kita menemukannya, akan memberikan peluang langka namun menarik untuk mempelajari lebih lanjut tentang batuan luar angkasa purba yang terbentuk di sekitar bintang-bintang jauh.
Mereka dapat memberi tahu ilmuwan banyak hal tentang seperti apa kondisi di sekitar bintang-bintang jauh tersebut, termasuk bahan pembentuk planet apa yang ada di seluruh Galaksi.
Sebuah penelitian menunjukkan objek seperti 3I/ATLAS, jika ditangkap oleh tarikan gravitasi bintang muda, dapat menjadi benih planet raksasa. Bintang-bintang muda dikelilingi oleh cakram gas dan debu yang berputar, bahan-bahan tersisa yang membentuk bintang.
Seiring berjalannya waktu, partikel-partikel debu ini saling menempel, lalu menarik lebih banyak partikel melalui tarikan gravitasinya, dan tumbuh serta tumbuh hingga akhirnya menjadi planet-planet dewasa yang mengorbit bintang.
Beginilah cara Bumi dan planet lain di Tata Surya kita terbentuk di sekitar bintang induk kita, Matahari. Namun para astronom mengatakan ada titik kritis dalam pemahaman kita tentang pembentukan planet, yaitu bagaimana objek apa pun yang berukuran lebih dari satu meter dapat terbentuk melalui proses akresi atau penambahan material yang bertahap dan bertumpuk secara fisik.
Cakram debu di sekitar bintang-bintang muda merupakan tempat yang kacau. Dalam simulasi komputer yang menunjukkan seperti apa kondisi di dalam cakram-cakram ini, bongkahan-bongkahan besar saling bertabrakan dan terpental, atau pecah, alih-alih saling menempel.
Jika memang demikian, bagaimana mungkin planet dapat terbentuk dari benih kecil dalam kondisi yang merusak seperti itu? Salah satu jawaban dari misteri ini adalah objek antarbintang seperti 3I/ATLAS.
Objek antarbintang mungkin lebih berpengaruh daripada yang terlihat, kata Profesor Susanne Pfalzner dari Forschungszentrum Jülich di Jerman.
“Objek antarbintang mungkin dapat memicu pembentukan planet, khususnya di sekitar bintang bermassa lebih tinggi,” katanya seperti dikutip dari BBC Sky at Night Magazine.
Model komputer yang dihasilkan oleh Pfalzner menunjukkan cakram pembentuk planet berdebu di sekitar bintang muda dapat menangkap jutaan objek antarbintang seukuran 1I/’Oumuamua. 1I/’Oumuamua adalah objek antarbintang pertama yang pernah ditemukan di Tata Surya kita, pada 2017, dan diperkirakan panjangnya sekitar 100 meter.
Mungkin, alih-alih planet harus tumbuh dan tumbuh dari benih kecil, beberapa planet dapat terbentuk dari objek antarbintang yang ditangkap oleh gravitasi bintang muda.
“Ruang antarbintang akan menghasilkan benih siap pakai untuk pembentukan generasi planet berikutnya,” kata Pfalzner.
Jika objek antarbintang dapat bertindak sebagai benih planet, hal itu dapat memecahkan misteri lainnya. Para astronom mengatakan planet gas raksasa, seperti Jupiter di Tata Surya kita, jarang ditemukan di sekitar bintang yang lebih kecil dan lebih dingin di seluruh galaksi. Planet-planet ini lebih sering ditemukan di sekitar bintang masif seperti Matahari kita.
Namun, cakram pembentuk planet di sekitar bintang mirip Matahari hanya bertahan selama sekitar 2 juta tahun, dan teori pembentukan planet tidak dapat menjelaskan bagaimana planet gas raksasa dapat terbentuk dalam waktu sesingkat itu. Objek antarbintang bisa jadi jawabannya.
Jika ditangkap oleh bintang muda, ‘benih’ planet yang sudah jadi ini dapat memicu proses pembentukan raksasa gas, sehingga menjelaskan bagaimana dunia besar seperti itu dapat terbentuk di sekitar bintang-bintang yang jauh.
“Bintang bermassa lebih besar lebih efisien dalam menangkap objek antarbintang di cakramnya,” kata Pfalzner.
“Oleh karena itu, pembentukan planet yang disemai objek antarbintang seharusnya lebih efisien di sekitar bintang-bintang ini, sehingga menyediakan cara cepat untuk membentuk planet raksasa. Dan, pembentukan cepat mereka persis seperti apa yang telah kami amati,” jelasnya.
Langkah Pfalzner selanjutnya adalah membuat model komputer yang menyelidiki hal ini lebih jauh, mempelajari berapa banyak dari jutaan objek antarbintang yang ditangkap dapat mengarah pada pembentukan planet.
Misteri Pembentukan Planet
Belajar dari Jupiter
Sebuah penelitian menunjukkan objek seperti 3I/ATLAS, jika ditangkap oleh tarikan gravitasi bintang muda, dapat menjadi benih planet raksasa. Bintang-bintang muda dikelilingi oleh cakram gas dan debu yang berputar, bahan-bahan tersisa yang membentuk bintang.
Seiring berjalannya waktu, partikel-partikel debu ini saling menempel, lalu menarik lebih banyak partikel melalui tarikan gravitasinya, dan tumbuh serta tumbuh hingga akhirnya menjadi planet-planet dewasa yang mengorbit bintang.
Beginilah cara Bumi dan planet lain di Tata Surya kita terbentuk di sekitar bintang induk kita, Matahari. Namun para astronom mengatakan ada titik kritis dalam pemahaman kita tentang pembentukan planet, yaitu bagaimana objek apa pun yang berukuran lebih dari satu meter dapat terbentuk melalui proses akresi atau penambahan material yang bertahap dan bertumpuk secara fisik.
Cakram debu di sekitar bintang-bintang muda merupakan tempat yang kacau. Dalam simulasi komputer yang menunjukkan seperti apa kondisi di dalam cakram-cakram ini, bongkahan-bongkahan besar saling bertabrakan dan terpental, atau pecah, alih-alih saling menempel.
Jika memang demikian, bagaimana mungkin planet dapat terbentuk dari benih kecil dalam kondisi yang merusak seperti itu? Salah satu jawaban dari misteri ini adalah objek antarbintang seperti 3I/ATLAS.
Objek antarbintang mungkin lebih berpengaruh daripada yang terlihat, kata Profesor Susanne Pfalzner dari Forschungszentrum Jülich di Jerman.
“Objek antarbintang mungkin dapat memicu pembentukan planet, khususnya di sekitar bintang bermassa lebih tinggi,” katanya seperti dikutip dari BBC Sky at Night Magazine.
Model komputer yang dihasilkan oleh Pfalzner menunjukkan cakram pembentuk planet berdebu di sekitar bintang muda dapat menangkap jutaan objek antarbintang seukuran 1I/’Oumuamua. 1I/’Oumuamua adalah objek antarbintang pertama yang pernah ditemukan di Tata Surya kita, pada 2017, dan diperkirakan panjangnya sekitar 100 meter.
Mungkin, alih-alih planet harus tumbuh dan tumbuh dari benih kecil, beberapa planet dapat terbentuk dari objek antarbintang yang ditangkap oleh gravitasi bintang muda.
“Ruang antarbintang akan menghasilkan benih siap pakai untuk pembentukan generasi planet berikutnya,” kata Pfalzner.
Misteri Pembentukan Planet
Jika objek antarbintang dapat bertindak sebagai benih planet, hal itu dapat memecahkan misteri lainnya. Para astronom mengatakan planet gas raksasa, seperti Jupiter di Tata Surya kita, jarang ditemukan di sekitar bintang yang lebih kecil dan lebih dingin di seluruh galaksi. Planet-planet ini lebih sering ditemukan di sekitar bintang masif seperti Matahari kita.
Namun, cakram pembentuk planet di sekitar bintang mirip Matahari hanya bertahan selama sekitar 2 juta tahun, dan teori pembentukan planet tidak dapat menjelaskan bagaimana planet gas raksasa dapat terbentuk dalam waktu sesingkat itu. Objek antarbintang bisa jadi jawabannya.
Jika ditangkap oleh bintang muda, ‘benih’ planet yang sudah jadi ini dapat memicu proses pembentukan raksasa gas, sehingga menjelaskan bagaimana dunia besar seperti itu dapat terbentuk di sekitar bintang-bintang yang jauh.
“Bintang bermassa lebih besar lebih efisien dalam menangkap objek antarbintang di cakramnya,” kata Pfalzner.
“Oleh karena itu, pembentukan planet yang disemai objek antarbintang seharusnya lebih efisien di sekitar bintang-bintang ini, sehingga menyediakan cara cepat untuk membentuk planet raksasa. Dan, pembentukan cepat mereka persis seperti apa yang telah kami amati,” jelasnya.
Langkah Pfalzner selanjutnya adalah membuat model komputer yang menyelidiki hal ini lebih jauh, mempelajari berapa banyak dari jutaan objek antarbintang yang ditangkap dapat mengarah pada pembentukan planet.







