Ramai pengakuan ‘mantan spy sex‘ Rusia untuk memata-matai bos Silicon Valley. Tugasnya menggali informasi dengan cara membangun hubungan romantis dan merayu calon korban.
Kisah ini dituturkan oleh Aliia Roza, yang mengaku diusir dari negaranya setelah dia jatuh cinta dengan target intelijen. Sebelumnya, dia mengaku telah dilatih oleh pemerintah untuk menggoda dan memanipulasi target sejak usianya masih remaja.
Melansir NY Post, Roza menyebut ada pakem aturan main yang dipakai untuk menjalankan rencana tersebut. Edannya, dia bisa akan benar-benar menjalankan sandiwara hingga tinggal bersama atau bahkan menikah.
“Mereka melihat targetnya, mereka perlu mendapatkan informasi. Perasaan, atau apa pun yang bisa mereka lakukan, mereka akan melakukannya,” ujar Roza.
Dia mengatakan manipulasi tersebut mengikuti naskah yang telah ditentukan sebelumnya. Menurut Roza, agen yang berpengalaman tahu caranya untuk bersikap.
“Anda pertama kali muncul dalam kehidupan mereka — tepatnya tujuh kali — sebelum menghubungi mereka. Anda mungkin muncul di kedai kopi, pusat kebugaran, atau terus menyukai unggahan mereka. Ketika Anda akhirnya bertemu, otak mereka sudah memercayai Anda,” begitu taktiknya.
Setelah keakraban itu terbangun, agen tersebut akan menarik target. Dia akan melakukan love bombing, mengirim banyak pujian dan foto-foto seksi. Kemudian, para agen akan menceritakan kisah yang menunjukkan diri mereka lemah atau sendirian, misalnya mengaku orangtuanya terbunuh, atau dia adalah seorang mahasiswa, atau sedang mengalami kebangkrutan.
“Itu memicu naluri pahlawan. Setiap pria ingin merasa seperti penyelamat,” terangnya..
Lalu muncul apa yang dikenal sebagai ‘teknik susu’, di mana para agen memalsukan hubungan timbal balik agar tampak asli.
Bakal ada akun palsu yang mengikuti teman-teman Anda dan mengaku-ngaku sebagai keluarga dari agen. Setelah kepercayaan terbentuk, manipulasi psikologis meningkat.
“Agen itu membuat Anda meragukan diri sendiri. Dia akan berkata, “Atasanmu tidak menghargaimu; rekan kerjamu memanfaatkanmu”, itu menciptakan ikatan di mana Anda merasa saling memahami dan dunia terasa buruk,” ucap Roza.
Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.
Pada akhirnya, agen mulai mengancam jika informasi yang diinginkan tidak diungkapkan. Agen akan menimbulkan rasa stres dan takut kehilangan hubungan.
“‘Jika kamu tidak mengirimkan informasi ini sekarang, aku akan menghilang selamanya.’ Di bawah tekanan emosional itu, orang-orang melepaskan hal-hal yang tidak akan pernah mereka lakukan sebelumnya,” tuturnya.
Roza mengatakan pekerja teknologi sangat rentan karena banyak yang terisolasi dan terlalu banyak bekerja. Mereka mungkin sangat cerdas dan jenius dalam bidang mereka, tetapi dalam hal hubungan asmara tidak begitu, kata Roza.
“Ada kesenjangan dalam interaksi dengan perempuan. Dan kemudian jauh lebih mudah bagi perempuan untuk menargetkan Anda,” imbuhnya.
Roza menambahkan bahwa agen biasanya lebih menyukai target yang lajang karena dirasa lebih lemah.
Terakhir, Roza mendesak para profesional di Silicon Valley untuk mencermati perhatian romantis yang tiba-tiba. Apalagi jika hubungan itu disertai pertanyaan yang menyelidik, saling menyebut nama, dan alkohol.
Kabar terbaru, Roza mengatakan ia telah pindah ke AS pada tahun 2020. Sejak pindah ke Amerika Serikat, ia telah mendapatkan kartu hijau. Atas saran pengacaranya, ia mengatakan ia memutuskan untuk terbuka tentang masa lalunya sebagai agen intelijen Rusia agar peluangnya mendapatkan status hukum lebih besar.
Menurut Roza, misi intelijennya terutama di Eropa dan Inggris, di mana ia dikirim untuk merayu para pedagang manusia, pengedar narkoba, dan oligarki yang berseberangan dengan pemerintah Rusia. Ia mengatakan jumlah total misi yang ia ikuti kurang dari 10.







