Nenek di Jepang Ditipu Scammer yang Menyamar Jadi Astronaut

Posted on

Seorang nenek berusia 80 tahun di Jepang kehilangan uang senilai ratusan juta rupiah setelah menjadi korban penipuan online. Nenek itu menjadi incaran penipu yang pura-pura menjadi astronaut.

Menurut laporan AFP, nenek yang tinggal di Pulau Hokkaido, Jepang itu pertama kali berinteraksi dengan penipu lewat media sosial pada bulan Juli lalu. Nenek itu hidup sendiri dan mulai memiliki perasaan terhadap penipu seiring komunikasi mereka yang terus berjalan.

Setelah beberapa kali bertukar cerita di media sosial, penipu itu tiba-tiba mengatakan ia sedang berada di luar angkasa tapi ia sedang diserang dan membutuhkan oksigen.

Penipu itu mendesak korban untuk mengirimkan uang secara online untuk membantunya membeli oksigen, dan berhasil membawa kabur sekitar 1 juta Yen atau Rp 110 jutaan.

Kepolisian setempat mengatakan kasus ini merupakan bentuk romance scam atau penipuan asmara. Mereka mengimbau warga untuk hati-hati saat berkenalan dengan orang baru di media sosial yang tiba-tiba meminta uang.

“Jika orang yang Anda temui di media sosial meminta uang tunai, harap curigai kemungkinan penipuan dan laporkan ke polisi,” kata anggota kepolisian setempat, seperti dikutip dari CBS, Sabtu (6/9/2025).

Jepang memiliki populasi tertua kedua di dunia, menurut data Bank Dunia. Orang-orang lanjut usia (lansia) juga sering menjadi korban berbagai bentuk penipuan terorganisir.

Salah satunya adalah penipuan klasik di mana penipu berpura-pura menjadi anggota keluarga yang sedang mengalami masalah untuk memeras uang dari korban. Lansia juga dapat dibujuk untuk menggunakan ATM untuk mendapatkan pengembalian dana premi asuransi atau dan pensiun mereka yang sebenarnya tidak ada.

Penipu asmara sudah menguras miliaran dolar dari orang-orang yang mencari cinta, dan taktik mereka terus berubah dengan cara yang makin licik di era digital.

Menurut Federal Trade Commission, lebih dari 64.000 orang Amerika Serikat pernah menjadi korban romance scam, dengan total kerugian lebih dari USD 1 miliar pada tahun 2023 – dua kali lebih besar dari kerugian USD 500 juta yang dilaporkan empat tahun sebelumnya.