Siklon Senyar Penyebab Banjir Sumatra Melemah, Tapi Tetap Waspada

Posted on

Siklon Tropis Senyar yang memicu hujan ekstrem dan banjir dalam beberapa hari terakhir di Sumatra mulai melemah. Namun demikian, ilmuwan memperingatkan tetap waspada karena berpotensi terbentuk kembali.

Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dr. Erma Yulihastin melalui update tweet di akun X-nya, mengingatkan agar tetap waspada cuaca ekstrem akibat siklon tropis ini.

“Meskipun Siklon Tropis Senyar telah melemah dan terurai menuju Kualalumpur, namun badai ini berpotensi terbentuk kembali jelang dinihari malam ini dengan pusat pembentukan di Selat Malaka dekat Aceh. Kembali timbulkan hujan ekstrem di wilayah Sumut Sumbar (28/11),” tulisnya.

Sebelumnya, Erma juga menyebut Siklon Tropis Senyar merupakan peristiwa langka karena hampir tak pernah terjadi di wilayah khatulistiwa seperti Indonesia. Secara astronomis, Langsa (Aceh) terletak pada lintang 4,5 derajat sebelah utara ekuator atau khatulistiwa.

Fakta itu membuat Senyar menjadi badai tropis kedua setelah Vamei pada Desember 2001 yang membantah ‘hukum meteorologi’, yakni tak bisa terbentuk dekat ekuator.

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun menyebut kemunculan Siklon Tropis Senyar sebagai anomali. Siklon Tropis Senyar berasal dari Bibit Siklon Tropis 95B yang terbentuk di perairan sempit dan dangkal di Selat Malaka.

Kemunculan siklon ini sekaligus menandai babak baru dinamika cuaca ekstrem di kawasan Benua Maritim Nusantara (BMN). Pasalnya, wilayah yang selama ini dianggap mustahil menjadi lokasi lahirnya badai tropis, seperti Selat Malaka, ternyata menyimpan kejutan ilmiah.

“Dalam catatan meteorologi, hanya sedikit badai yang mampu terbentuk di wilayah sempit dekat ekuator. Kasus serupa terakhir terjadi pada Tropical Storm Vamei (2001) yang lahir di Laut Natuna,” kata Klimatolog BMKG Deni Septiadi dalam keterangannya.

Saat itu Topan atau Taifun Vamei terbentuk lebih dekat lagi jaraknya ke ekuator, yakni 1,3 derajat LU. Tepatnya, hanya 150 kilometer dari garis ekuator di Laut China Selatan, dekat Singapura. Artinya, Senyar tercatat sebagai badai tropis di belahan Bumi utara yang landfall paling selatan kedua setelah Vamei.

“Saat ini Siklon Tropis Senyar terpantau berada di sekitar wilayah Selat Malaka timur Sumatra Utara, dengan kecepatan maksimum mencapai 25 knot (46 km/jam) dan tekanan udara minimum 1005 hPa,” demikian keterangan BMKG dikutip dari akun Instagram resminya, Jumat (28/11/2025).

BMKG memprediksi, dalam periode 24 jam ke depan, intensitas kecepatan angin eks Siklon Tropis Senyar akan melemah, seiring pergerakannya di wilayah Malaysia. Namun, kecepatan angin maksimum siklon tropis ini masih dalam kisaran 20-25 knot, dengan pergerakan sistem ke arah timur-timur laut menuju Laut China Selatan.

Sementara itu, dalam 48 hingga 72 jam ke depan, kecepatan angin maksimum Siklon Tropis Senyar cenderung persisten, namun ada potensi naik perlahan seiring pergerakan di Laut China Selatan.

BMKG mengungkap ada faktor lain selain Siklon Tropis Senyar yang membuat hujan ekstrem di wilayah tersebut. Salah satunya adalah gelombang Rossby Ekuator yang terpantau aktif di wilayah yang sama dan turut berkontribusi dalam meningkatkan intensitas curah hujan tersebut.

Selain itu, Siklon Tropis Koto, yang saat ini terbentuk di Laut Filipina, juga memberikan dampak tidak langsung berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat serta gelombang tinggi (1.25 – 4 meter) di perairan sebelah utara Kalimantan, Sulawesi, dan Maluku Utara.

“BMKG memprakirakan perpaduan fenomena atmosfer skala global, regional, dan lokal masih akan mempengaruhi cuaca di Indonesia hingga sepekan ke depan,” kata BMKG dalam keterangan resminya.

Anomali

Pengaruh Lain