Ancaman besar seperti asteroid, perubahan iklim, dan bencana AI yang tak terduga kini terasa makin nyata. Dalam jangka panjang, kerapuhan Bumi dan kematian Matahari suatu hari nanti bisa memaksa kita menatap ke arah bintang. Mungkinkah manusia suatu hari nanti menjelajah antar bintang?
Sistem bintang terdekat adalah Alpha Centauri, sekitar 4,37 tahun cahaya. Dengan teknologi propulsi saat ini, butuh puluhan ribu tahun mencapainya. Bahkan dengan terobosan seperti pesawat fusi, tetap akan memakan beberapa masa hidup manusia. Manusia harus mampu bertahan tak hanya dari hukum fisika, tapi juga keterbatasan biologi.
Antropolog Kathleen Bryson, PhD, yakin hambatan terbesar perjalanan antarbintang bukan propulsi atau bahan bakar, melainkan otak manusia. Spesies kita terbentuk untuk kebutuhan segera, mencari makan, melindungi keluarga, mengawasi ancaman. Itu membantu bertahan ratusan ribu tahun di Bumi, tapi jadi hambatan dalam melakukan perjalanan lintas generasi.
“Untuk mencapai bintang, bukan hanya soal membangun kapal; kita harus menjaga satu spesies tetap sehat dan kooperatif lintas generasi, dengan tubuh dan budaya sosial yang tidak hancur di tengah jalan,” kata Bryson, peneliti tamu di Universitas Oxford.
Teknologi mungkin bisa menyelesaikan masalah material, namun naluri manusia yang lebih mengutamakan jangka pendek jadi tantangan besar. “Kita pandai menjaga diri dan kelompok selama masa hidup kita, misi bintang meminta kita terus bekerja sama dan peduli pada orang-orang yang takkan pernah kita temui, selama berabad-abad,” cetusnya.
Andai kita mampu merancang kapal antarbintang, hibernasi dan reproduksi jadi tantangan lain. Juga bagaimana mensterilkan lingkungan agar mikrobioma manusia yang penuh bakteri hidup juga bisa ‘hibernasi’? Bagaimana menjaga keragaman genetik dalam populasi kecil? Bagaimana menghentikan pemberontakan yang mungkin terjadi ketika cicit pilot menjalankan misi yang tidak pernah mereka setujui?
“Misi antarbintang membutuhkan kerja sama tanpa putus di tengah pergantian kepemimpinan, perubahan budaya, dan guncangan sumber daya. Satu kelompok generasi yang bertingkah buruk saja bisa menghancurkan semuanya,” cetusnya yang dikutip infoINET dari Popular Mechanic.
Tetap saja, manusia pernah mengelola upaya besar dan terkoordinasi sebelumnya, program luar angkasa internasional, pemberantasan cacar, Proyek Genom Manusia. Semua itu menjadi bukti manusia mempertahankan kerja sama jangka panjang.
Jadi seperti apa masyarakat yang mampu melakukan perjalanan antarbintang, secara psikologis dan sosial? Bryson berpendapat institusi kuat, perencanaan cermat, dan pemeliharaan berkelanjutan bisa menjadi kunci mencegah penyimpangan misi.
Aturan yang jelas, pemantauan transparan, dan ritual yang menjaga tujuan tetap hidup bagi mereka yang tak akan pernah melihat tujuan akhirnya menjadi sangat penting.
Lalu, apakah Bryson akan naik kapal yang melakukan ziarah kosmik itu? “Mungkin saya akan menolaknya, karena saya penakut naik pesawat,” selorohnya. Memang, panggilan untuk menjajah bintang tak bisa mengalahkan rumah kita di Bumi, meski tak sempurna.
Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.







