Makin populernya kecerdasan buatan generatif kini juga berdampak pada sektor memori. Tekanan terhadap DRAM, High Bandwidth Memory (HBM), hingga modul mainstream lainnya kian besar, dan dampaknya hampir pasti akan dirasakan konsumen dalam beberapa bulan ke depan. Para produsen memori justru berada di posisi yang sangat diuntungkan, dengan proyeksi laba yang terus naik.
Menurut laporan industri, sejumlah pabrikan perangkat seperti Asus dan MSI secara agresif menimbun chip memori. DigiTimes menyebut para system integrator dan vendor hardware diperkirakan terus melakukan pembelian berlebih sepanjang kuartal IV 2025, situasi yang bisa kembali menyeret industri ke potensi kelangkaan chip hingga 2027, demikian dikutip infoINET dari Techspot, Kamis (20/11/2025).
Gejolak harga sudah terlihat. Harga DRAM dilaporkan melonjak tajam, dan prediksi untuk 2026 bahkan lebih mengkhawatirkan. Perusahaan teknologi besar berlomba memperbesar stok, sementara sektor data center menyerap porsi terbesar dari suplai memori global. Kombinasi ini menciptakan tekanan unik yang jarang terlihat dalam satu dekade terakhir.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Akar masalahnya lagi-lagi adalah ekspansi masif pusat data untuk AI. Fasilitas generasi baru ini membutuhkan suplai HBM dan RDIMM dalam jumlah besar. Situasi memaksa produsen memori global menata ulang prioritas produksi. Beberapa foundry bahkan mengonversi lini manufaktur yang semula dibuat untuk DRAM demi mengejar marjin lebih besar dari produk high-performance seperti HBM. Tidak mengherankan bila pendapatan sejumlah produsen memori kini melesat ke rekor tertinggi, salah satu bukti konkret keuntungan industri dari ledakan AI.
Krisis suplai ini membuat jadwal rilis produk ikut berubah. Deretan kit memori yang semula direncanakan meluncur di akhir 2025 kini bergeser ke tahun berikutnya. SK hynix bahkan telah mengonfirmasi kapasitas produksinya–meliputi DRAM, NAND Flash, hingga HBM–sudah terjual habis setidaknya sampai akhir 2026.
Situasi di Taiwan menunjukkan dinamika yang lebih kompleks. Meski integrator biasanya memiliki kontrak jangka panjang dengan produsen memori, banyak perusahaan kini mulai masuk ke pasar spot. Langkah ini membuat mereka lebih rentan terhadap volatilitas harga, yang pada akhirnya dapat memperburuk tekanan harga di pasar konsumen.
Jika tren ini berlanjut, 2026-2027 bisa menjadi periode paling fluktuatif dalam industri memori. Konsumen berpotensi menghadapi harga RAM yang terus naik, sementara produsen memori menikmati salah satu momentum bisnis terbesar sejak era ledakan smartphone.







