Berjarak lebih dari 4.000 km dari Selandia Baru di barat daya Samudra Pasifik, terletak kuburan antariksa dunia. Dikenal sebagai Point Nemo, bahasa Latin untuk ‘tak seorang pun’, bentangan samudra terpencil ini adalah tempat peristirahatan terakhir ratusan keping sampah antariksa.
Terletak 2.688 kilometer dari pulau terdekat , Pulau Ducie, kuburan berair ini menurut NASA boleh dibilang merupakan tempat terjauh dari peradaban manusia mana pun yang bisa Anda temukan.
Isolasinya, ditambah kedalaman lebih dari 4.000 meter, menjadikan Point Nemo lokasi ideal bagi negara-negara termasuk AS, Rusia, dan Jepang, untuk membuang objek antariksa yang tak diinginkan dengan risiko terbatas mengenai wilayah berpenghuni.
“Ini adalah solusi sangat cerdas dan pada dasarnya, digunakan saat satelit mencapai akhir masa pakainya. Lokasinya di tengah samudra jadi cukup aman” kata Dr Yang Yang, Dosen Teknik Antariksa University of New South Wales ke news.com.au yang dikutip infoINET, Senin (10/11/2025).
Begitu sampah tercebur ke air, ia akan tenggelam ke dasar samudra. “Tidak banyak gunanya untuk memakainya lagi. Setelah jatuh dan terpapar suhu tinggi akibat masuk kembali ke atmosfer Bumi, tak banyak komponen berguna yang tersisa,” sebut Dr Yang.
Sejak 1970-an, lebih dari 260 objek antariksa dibuang di Point Nemo. Ini termasuk stasiun luar angkasa Mir era Soviet, yang dipensiunkan tahun 2021, serta 140 kendaraan pasokan ulang Rusia, dan enam wahana dari program Salyut negara tersebut.
Jepang membuang enam kendaraan transfer kargo, sementara Badan Antariksa Eropa (ESA) telah mengirimkan lima kendaraan ke lokasi kuburan tersebut. Point Nemo bahkan akan jadi tempat peristirahatan terakhir Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) saat dipensiunkan di 2031.
Saat ini, ada jutaan keping sampah antariksa, objek yang ditinggalkan manusia di luar angkasa, termasuk satelit yang sudah tidak beroperasi, materi peluncuran roket, atau serpihan puing, yang mengorbit Bumi. Menurut ESA, jumlah puing-puing antariksa meningkat dengan cepat.
Dalam laporannya tahun 2025, badan tersebut memperkirakan ada 1,2 juta objek sampah antariksa berukuran lebih dari 1 cm yang cukup besar untuk dapat menyebabkan kerusakan katastrofial. Lebih dari 50.000 di antaranya berukuran lebih besar dari 10 cm.
Menurut UK’s National History Museum, ada sekitar 3.000 satelit mati yang mengotori ruang angkasa. Ketika masa satelit berakhir, badan antariksa dapat memutuskan mengirimkannya lebih jauh ke ketinggian 36.000 km di atas permukaan Bumi ke orbit geostasioner, yang juga dikenal sebagai orbit kuburan, atau memperlambatnya, membiarkannya jatuh dan kembali ke Bumi, di mana ia mungkin terbakar habis di atmosfer.
Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.
Badan antariksa yang ingin membuang wahana antariksa di Point Nemo akan memantau jalur wahana tersebut dan menggunakan pendorong internal untuk mengarahkannya mendarat di kuburan bawah air itu.
Namun tidak semua sampah antariksa kembali ke Bumi dengan cara terkendali. Awal pekan ini, sampah antariksa jatuh menghantam Australia Barat setelah diduga masuk kembali secara tidak terkendali. Para pekerja tambang menemukan objek terbakar 30 km dari kota Newman di wilayah terpencil Pilbara, Australia Barat.
Dr Yang mengatakan sampah antariksa masalah besar sekaligus masalah global. “Anda melihat banyak pendaratan tak terduga dari objek antariksa yang jatuh ke darat dan kita tidak dapat memprediksinya dengan baik. Ini menimbulkan ancaman bagi kehidupan dan infrastruktur di darat,” ujarnya.
Meskipun Dr Yang percaya kuburan Point Nemo adalah solusi cerdas, ia mengakui masalah dapat muncul jika hal ini terus berlanjut. “Pasti akan ada polusi terhadap lingkungan Bumi,” katanya.
