Kedaulatan kecerdasan buatan (AI) atau sovereign AI disebut akan menjadi fondasi penting bagi Indonesia untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi 8% yang dicanangkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Hal itu terungkapkan berdasarkan laporan yang bertajuk Empowering Indonesia Report 2025: Building Bridges of Tomorrow yang dirilis oleh Indosat Ooredoo Hutchison dan perusahaan riset Twimbit terkait ekonomi digital Indonesia yang menjanjikan.
Laporan tersebut memproyeksikan bahwa penerapan AI berdaulat dapat menambah hingga USD 140 miliar (sekitar Rp2.200 triliun) terhadap produk domestik bruto (PDB) Indonesia pada tahun 2030. Dampaknya, pertumbuhan ekonomi tahunan berpotensi meningkat hingga 6,8%, mempercepat pencapaian status negara berpenghasilan tinggi pada 2038.
Sebagai salah satu penggerak ekosistem digital nasional, Indosat Ooredoo Hutchison menegaskan komitmennya untuk mendukung kedaulatan AI dan memperkuat fondasi digital bangsa.
President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha, mengatakan melalui kolaborasi strategis dan inovasi berkelanjutan, Indosat berkomitmen menghadirkan konektivitas yang inklusif dan solusi AI beretika untuk memberdayakan masyarakat menuju Indonesia Emas 2045.
“Kedaulatan AI bukan hanya tentang teknologi, tetapi tentang membangun masa depan yang dimiliki dan dikendalikan oleh Indonesia sendiri,” ujar Vikram di Jakarta, Senin (27/10/2025).
Dalam laporan yang diluncurkan di Jakarta, Twimbit menyoroti lima pilar utama untuk mencapai kedaulatan AI, yakni infrastruktur digital andal, tenaga kerja berkelanjutan, industri inovatif, riset unggul, serta regulasi dan etika yang kokoh.
Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Nezar Patria menegaskan bahwa kedaulatan AI bukan sekadar urusan teknologi, melainkan bentuk kemandirian bangsa.
Dari sisi kesiapan infrastruktur, laporan mencatat bahwa Indonesia membutuhkan investasi sebesar USD3,2 miliar hingga 2030 untuk memperkuat komputasi nasional. Saat ini, kapasitas data center berbasis AI di Indonesia baru mencakup kurang dari 1% dari pasar global, sehingga perlu percepatan pembangunan pusat data bertenaga energi terbarukan dan perluasan jaringan 5G.
Selain infrastruktur, Indonesia juga membutuhkan 400 ribu talenta AI dalam lima tahun ke depan. Pengembangannya diperkirakan memerlukan investasi sekitar USD 968 juta untuk pendidikan, pelatihan, serta program reskilling.
Laporan tersebut juga menyoroti ekosistem AI lokal yang kian berkembang. Saat ini Indonesia memiliki 364 startup AI dengan total pendanaan mencapai USD1,08 miliar, serta inisiatif riset nasional seperti Sahabat-AI V2 – Large Language Model (LLM) berparameter 70 miliar yang mendukung bahasa Indonesia dan sejumlah bahasa daerah seperti Jawa, Sunda, Bali, dan Batak.
Inovasi tersebut menjadi bukti bahwa Indonesia mulai beralih dari pengguna menjadi pembentuk teknologi AI global.
“Indonesia memiliki posisi strategis untuk memimpin di era AI berdaulat. Dengan fondasi digital yang kuat dan ekosistem yang inklusif, Indonesia dapat menjadi pusat pertumbuhan AI di Asia,” ungkap Manoj Menon, Founder & CEO Twimbit.
Laporan Empowering Indonesia Report 2025 menutup temuan dengan seruan aksi lintas sektor untuk mempercepat pembangunan ekosistem AI berdaulat. Dengan memperkuat infrastruktur, mengembangkan talenta masa depan, dan menegakkan tata kelola beretika, Indonesia diyakini siap melangkah dari sekadar pengguna teknologi menjadi arsitek peradaban digital yang berdaulat.







