Para astronom mendapatkan kesempatan langka, untuk menyaksikan fenomena misterius di sekitar Planet Saturnus dan Uranus. Objek ini membangun serangkaian cincin baru yang cukup besar.
Tim Astronom yang berbasis di Brasil, menemukan 2060 Chiron, benda angkasa selebar 200 kilometer yang mengelilingi matahari di antara Saturnus dan Uranus. Diketahui kalau cincin pada objek tersebut masih dalam tahan pembentukan.
Temuan ini menunjukkan bahwa lingkungan sekitar Chiron berada dalam keadaan transisi antara awan puing yang kacau dan sistem cincin yang telah berbentuk sempurna. Hal ini memberikan para ilmuwan gambaran langka tentang proses pembentukan cincin, yang belum pernah disaksikan secara langsung sebelumnya.
“Ini kejutan yang menggembirakan. Dalam arti tertentu, ini mengingatkan kita bahwa tata surya itu hidup dan terus berevolusi, bahkan dalam skala waktu manusia.” ujar peneliti pascadoktoral di Observatorium Nasional Brasil yang memimpin penelitian ini, Chrystian Pereira, dilansir dari Live Science, Minggu (25/10/2025).
Disebutkan kalau Chiron masuk kelompok dengan asteroid Chariklo serta planet kerdil bernama Haumea dan Quaoar. Keempatnya merupakan dunia kecil di tata surya yang memiliki cincin. Namun dalam hal ini, Chiron dinilai paling dinamis dari teman-temannya.
Lingkungannya yang berubah itu dapat membantu para ilmuwan memahami bagaimana objek es kecil maupun planet raksasa, seperti Saturnus dan Uranus membangun cincin ikonik mereka miliaran tahun lalu.
Kendati demikian, dengan elemen batuan, es air, dan senyawa organik, Chiron dikategorikan sebagai populasi objek yang aneh. Ia juga mengorbit antara Jupiter dan Neptunus yang sebagian berperilaku seperti asteroid dan sisanya lagi layaknya komet. Chiron diketahui mengorbit matahari sekali setiap 50 tahun perhitungan waktu di Bumi.
Pada 1977, para astronom melihat Chiron sesekali menjadi lebih terang. Bahkan, mereka memastikan bahwa Chiron menumbuhkan ekor meskipun samar — bukti bahwa ia terkadang mengeluarkan gas dan debu ke luar angkasa.
Lalu pada 2023, ketika Chiron melintas sebentar di depan sebuah bintang yang jaraknya sangat jauh dari Bumi, Observatorium Pico dos Dias di Brasil mendeteksi penurunan kecil yang berulang pada cahaya bintang tersebut.
Ketika ilmuwan membandingkan data tersebut dengan peristiwa serupa tahun 2011, 2018, dan 2022, mereka menemukan bahwa tiga cincin padat yang berbeda telah berada di situ selama lebih dari satu dekade. Dari data itu, mereka mendapatkan informasi baru mengenai struktur seperti cakram membentang dari sekitar 190 km hingga 800 km di sekitar Chiron.
“Ini pertama kalinya kami mendeteksi tanda-tanda material di wilayah itu. Melewati batas itu, partikel-partikel yang membentuk cincin seharusnya secara alami mulai menyatu menjadi satelit – namun tampaknya ada sesuatu yang mencegah hal itu terjadi,” ucap ,” ujar Pereira.
Sayangnya para peneliti belum bisa mengkonfirmasi keanehan yang terjadi pada Chiron. Salah satu kemungkinannya adalah es volatil di bawah permukaannya meletus seperti komet, menyemburkan debu dan es yang kemudian mengorbit.
Peneliti lain mengatakan temuan ini menimbulkan pertanyaan baru, tentang bagaimana cincin di sekitar benda kecil dapat bertahan dalam jangka waktu lama.
“Mungkin ada sesuatu yang menambahkan energi ke partikel-partikel ini dan memungkinkan mereka bertahan di luar batas tanpa menyatu,” kata Keighley Rockcliffe , seorang peneliti pascadoktoral di Pusat Penerbangan Luar Angkasa Goddard NASA di Maryland yang tidak terlibat dalam makalah baru tersebut.
Untuk memastikan apakah cincin Chiron benar-benar berevolusi, dan bukan hanya tampak berbeda dari sudut pandang kita yang berubah, para astronom berharap dapat menangkap lebih banyak peristiwa di mana benda angkasa ini melintas di depan bintang-bintang yang jauh.







