Seram! Kotoran dari 1.300 Tahun Lalu Bongkar Penyakit Zaman Kuno

Posted on

Para ilmuwan berhasil menemukan fakta mencengangkan dari sisa kotoran manusia berusia 1.300 tahun yang ditemukan di Meksiko. Analisis terhadap “paleofeces” atau feses purba ini mengungkap bahwa manusia prasejarah ternyata sering menderita berbagai penyakit usus akibat infeksi parasit dan bakteri.

Penelitian ini dilakukan di Gua Anak-Anak Mati (Cueva de los Niños Muertos) di Lembah Rio Zape, Meksiko Barat Laut, dan hasilnya baru saja dipublikasikan di jurnal ilmiah PLOS One pada Rabu (22/10/2025). Temuan tersebut memberikan gambaran nyata tentang kondisi kesehatan dan sanitasi masyarakat kuno dari budaya Loma San Gabriel yang hidup sekitar tahun 600-800 Masehi.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Drew Capone, asisten profesor kesehatan lingkungan dari Universitas Indiana, menyebut analisis kotoran kuno sebagai “kapsul waktu biologis”. Dari total 10 sampel yang diteliti, para ilmuwan berhasil mengekstraksi DNA mikroba menggunakan teknik reaksi berantai polimerase (PCR).

Hasilnya mencengangkan: setiap sampel mengandung setidaknya satu patogen atau mikroba berbahaya. Yang paling sering ditemukan adalah parasit usus Blastocystis dan beberapa galur bakteri Escherichia coli (E. coli) – ditemukan pada 70% sampel. Selain itu, DNA dari Shigella, Giardia, dan cacing kremi juga berhasil diidentifikasi.

“Temuan ini menunjukkan bagaimana paparan limbah dan kondisi sanitasi yang buruk berperan besar dalam penyebaran penyakit di masa itu,” kata Capone dalam laporan tersebut.

Menurut tim, masyarakat Loma San Gabriel kemungkinan besar terinfeksi melalui air, tanah, atau makanan yang terkontaminasi feses. Mereka hidup dalam komunitas pertanian kecil, membuat keramik, dan memiliki praktik ritual yang melibatkan pengorbanan anak.

“Jumlah mikroba yang tinggi dalam paleofeces menunjukkan betapa buruknya kondisi sanitasi saat itu,” ujar Joe Brown, profesor ilmu lingkungan dari University of North Carolina di Chapel Hill, yang juga terlibat dalam penelitian ini.

Brown menambahkan bahwa penerapan metode molekuler modern pada sampel kuno membuka peluang besar untuk memahami kesehatan masyarakat masa lalu secara lebih mendalam. Bahkan, tim menemukan DNA patogen seperti Blastocystis dan Shigella yang sebelumnya tidak pernah terdeteksi di gua tersebut.

Gua Anak-Anak Mati sendiri dinamai setelah penemuan kerangka anak-anak di akhir 1950-an. Situs ini digunakan oleh masyarakat Loma San Gabriel yang hidup dengan pertanian skala kecil dan pemukiman sederhana. Dalam penelitian sebelumnya, ditemukan juga telur cacing tambang, cacing cambuk, dan cacing kremi, memperkuat bukti tingginya tingkat infeksi parasit.

Para ilmuwan menyimpulkan bahwa analisis DNA kuno semacam ini bukan hanya membuka kisah penyakit manusia masa lalu, tetapi juga membantu memahami evolusi patogen dan bagaimana lingkungan berperan dalam penyebaran penyakit.

Peneliti berharap teknik analisis DNA dari feses purba ini bisa diterapkan pada sampel-sampel arkeologis lain di seluruh dunia. “Metode ini seperti membuka jendela ke masa lalu – memperlihatkan cara hidup, kebersihan, dan tantangan kesehatan manusia ribuan tahun lalu,” tulis tim dalam kesimpulan riset.

Temuan ini juga menunjukkan betapa teknologi modern mampu menghidupkan kembali kisah biologi masa lalu, menjawab pertanyaan tentang bagaimana manusia prasejarah bertahan hidup di tengah ancaman penyakit yang kini bisa diidentifikasi lewat jejak DNA sekecil apa pun.

Sanitasi Buruk Jadi Pemicu Utama

Jejak Penyakit dari 1.300 Tahun Lalu