Kehadiran platform AI generatif seperti ChatGPT, Gemini, Perplexity, dan lain-lain mendorong adopsi AI di seluruh dunia. Termasuk Indonesia yang tingkat adopsi AI-nya terbilang cukup tinggi dibandingkan negara-negara lainnya, menurut survei Kantar.
Ummu Hani, Associate Director Kantar Indonesia mengatakan di Indonesia ada 59% konsumen yang cukup melek teknologi dan pernah menggunakan layanan AI setidaknya sekali dalam enam bulan terakhir.
“Mungkin pernah mencoba at least satu kali, maybe in the past few years. Di Indonesia sendiri itu sebenarnya ada sekitar 76% consumer secara general. Sedangkan di Southeast Asia angkanya tidak setinggi itu,” ucap Hani dalam media session di Jakarta, Selasa (21/10/2025).
Dari sekian banyak pengguna AI di Indonesia, sebagian besar (74%) penggunaannya dipakai untuk kreativitas seperti mengedit foto dan menghapus objek yang tidak diinginkan di foto.
Tidak hanya kreativitas, 80% pengguna AI di Indonesia juga menganggap teknologi ini penting untuk mendukung karier, riset, dan produktivitas. Dalam aktivitas sehari-hari, 67% pengguna mengatakan AI membantu menghemat waktu dan tenaga dan 54% bisa belajar hal baru dan meningkatkan kompetensi berkat AI.
Hani menjelaskan ada lima fungsi utama AI dalam membantu produktivitas pengguna, mulai dari merangkum dokumen dan jurnal, mencari dan menerjemahkan informasi, mencari rekomendasi kursus atau program pelatihan khusus untuk upskilling, hingga membantu menyusun CV profesional dan membuat profil LinkedIn yang lebih menarik.
Survei Kantar ini juga mengungkap kebiasaan penggunaan AI di kalangan Gen X, millennial, dan Gen Z. Hani mengatakan Gen X biasanya memakai AI untuk tugas yang lebih praktis seperti membuat jadwal, automasi, dan analisis data.
Sementara itu, millennial banyak memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi dan menghemat waktu saat bekerja, tapi tetap mengawasi output yang dihasilkan agar tidak ada hasil halusinasi.
Gen Z, menurut survei Kantar, merupakan golongan yang paling percaya diri menggunakan AI. Teknologi ini biasanya dipakai oleh Gen Z untuk mengekspresikan dirinya sendiri, membuat konten, dan membangun personal branding.
“Gen Z memang penggunaan AI-nya mendominasi untuk lifestyle katanya dia, bahkan kadang-kadang curhat putus cintanya ke AI gitu,” kata Hani.
“Tapi memang basically AI itu di-treat sebagai partner in daily life, jadi kayak teman yang bisa diajak ngobrol apapun dan kapanpun, dan ngasih informasi-informasi yang berharga for anything, jadi nggak cuma related with something yang profesional atau yang serius gitu ya. Hal-hal yang menurut mereka receh pun kadang-kadang ngobrolnya ke AI,” pungkasnya.