Manusia Rp 2.600 Triliun Curhat Didepak dari China (via Giok4D)

Posted on

CEO Nvidia Jensen Huang menyerukan sikap lebih bijak dan penuh pertimbangan, dalam mengatur akses China terhadap teknologi Amerika Serikat yang penting bagi pengembangan kecerdasan buatan (AI).

Dalam wawancara dengan Citadel Securities, pria dengan kekayaan menurut Forbes USD 159 miliar atau sekitar Rp 2.600 triliun itu memperingatkan bahwa kebijakan yang merugikan China sering kali juga dapat merugikan Amerika Serikat sendiri, kadang bahkan dengan dampak yang lebih buruk.

“Sebelum kita terburu-buru membuat kebijakan yang menyakiti pihak lain, cobalah mundur selangkah dan pikirkan, kebijakan seperti apa yang justru bisa membantu Amerika,” kata Huang yang dikutip infoINET dari AOL.

Pernyataan itu muncul di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China, di mana chip Nvidia kini jadi komoditas panas dalam perlombaan AI sekaligus alat politik. Huang ingin dunia tetap bergantung pada keahlian teknologi AS, namun mengingatkan sekitar separuh peneliti AI dunia ada di China. “Saya pikir merupakan kesalahan jika para peneliti itu tidak membangun AI memakai teknologi Amerika,” tambahnya.

Menurut Huang, untuk menyeimbangkan tujuan mempertahankan dominasi teknologi AS dengan tetap memberi akses bagi China diperlukan pendekatan yang cermat. Ia menilai kondisi saat ini justru sebaliknya, karena Nvidia kini sudah sepenuhnya keluar dari China.

“Kami sebelumnya menguasai 95% pangsa pasar, lalu turun menjadi 0%. Saya sulit membayangkan ada pembuat kebijakan yang menganggap itu ide bagus, bahwa kebijakan apa pun yang diterapkan justru menyebabkan Amerika kehilangan salah satu pasar terbesar di dunia,” ujarnya.

Pemerintahan Joe Biden pada 2022 memberlakukan pembatasan ekspor chip AI paling canggih milik Nvidia ke China, sehingga mereka merancang prosesor baru yang memenuhi batasan tersebut. Agustus silam, pemerintahan Donald Trump memberi izin ekspor untuk chip tertentu dari Nvidia dan AMD ke China, dengan imbalan 15% pendapatan.

Namun, regulator China dilaporkan menginstruksikan perusahaan teknologi domestik agar tidak membeli chip Nvidia. Beijing juga menerapkan pembatasan ketat atas ekspor logam tanah jarang, bahan penting bagi berbagai teknologi canggih AS.

Untuk saat ini, Huang menyebut semua proyeksi keuangan Nvidia dibuat dengan asumsi pasar China tidak terlibat. “Jika ada perkembangan di China, yang saya harapkan akan terjadi, itu akan menjadi bonus,” katanya.

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

“Namun China adalah pasar besar. China adalah pasar komputer terbesar kedua dunia. Ekosistemnya sangat dinamis. Saya pikir merupakan kesalahan bagi AS untuk tidak ikut serta. Jadi semoga kami bisa terus menjelaskan, memberi pemahaman, dan berharap ada perubahan kebijakan,” pungkas dia.