Obsesi untuk bisa hidup abadi sudah ada sejak zaman dahulu kala. Sosok yang pertama kali menyatukan China pada 221 SM misalnya, begitu bertekad ingin hidup abadi sehingga ia memerintahkan sekelompok alkemis atau ahli kimia untuk menjelajah ke sebuah gunung mistis demi mencari obat awet muda.
Bukti diperintahkannya misi gila ini, ditemukan di tepi Danau Gyaring di Dataran Tinggi Tibet, tempat para peneliti menemukan sebuah prasasti batu yang memuat detail perjalanan tersebut.
Qin Shi Huang, kaisar pertama China dan pendiri Dinasti Qin, konon terobsesi dengan keabadian dan diperkirakan telah menugaskan banyak ekspedisi untuk menemukan ramuan kehidupan selama masa pemerintahannya. Namun, jejak langsung dari pengejaran sia-sia ini sulit ditemukan, sehingga penemuan baru ini sangat berharga.
Ditemukan di ketinggian 4.300 meter, ukiran tersebut tampaknya menggunakan aksara segel kecil Dinasti Qin, dan berbunyi: “Pada tahun ke-26 masa pemerintahan Kaisar Qin Shi Huang, Kaisar mengutus Wu Dafu Yi untuk memimpin beberapa alkemis dengan kereta perang ke Gunung Kunlun untuk mengumpulkan yao.”
Kata ‘yao’ pada tulisan tersebut mungkin merujuk pada tumbuhan herbal tetapi juga dapat diterjemahkan sebagai ‘ramuan keabadian’. Menurut teks, kelompok tersebut mencapai tujuan mereka pada bulan ketiga penanggalan Imlek, yang kemungkinan bertepatan dengan 221 SM.
Dikutip dari Xinhua, prasasti ini, yang awalnya ditemukan pada 2020, tidak terlalu menarik perhatian hingga Juni 2025, ketika Tong Tao dari Archaeology Institute di Chinese Academy of Social Sciences menerbitkan sebuah artikel tentang relik tersebut.
Menurut Tao, batu berukir tersebut tidak hanya menegaskan hasrat Kaisar menjalani kehidupan abadi, tetapi juga mengungkapkan lokasi Gunung Kunlun, yang muncul dalam teks-teks pra-Qin sebagai tempat suci ‘tempat para dewa berkumpul dan hewan-hewan langka dan eksotis berkembang biak.’
https://x.com/ZhaiXiang5/status/1967631445981270430?ref_src=twsrc%5Etfw%7Ctwcamp%5Etweetembed%7Ctwterm%5E1967631445981270430%7Ctwgr%5E0f78aa8a3ca20e30ed1ac8d25c31e4f2b5ae21a5%7Ctwcon%5Es1_&ref_url=https%3A%2F%2Fwww.iflscience.com%2Fchinas-first-emperor-sent-a-bunch-of-alchemists-to-find-the-elixir-of-immortality-80895
Namun, tidak semua orang yakin dengan penemuan di dataran tinggi ini. Beberapa komentator menunjukkan bahwa ekspedisi ke Dataran Tinggi Tibet hampir mustahil dilakukan lebih dari 2.000 tahun yang lalu, sehingga menimbulkan kecurigaan bahwa prasasti tersebut mungkin merupakan pemalsuan sejarah era modern.
Menanggapi hal ini, Chinese State Administration of Cultural Heritage mengumumkan pekan lalu bahwa mereka telah membentuk satuan tugas multidisiplin untuk mengunjungi batu bertulis tersebut dan melakukan dua investigasi di lokasi.
Menurut badan tersebut, hasil analisis ini menegaskan keaslian penemuan tersebut, dan oleh karena itu memberikan bukti yang andal bahwa Qin Shi Huang memang memerintahkan ekspedisi tersebut. Berbicara kepada kantor berita Xinhua, arkeolog Zhao Chao, yang ikut serta dalam analisis tersebut, mengatakan metode ilmiah sistematis diterapkan untuk menentukan tanggal dan mengautentikasi satu prasasti batu kuno ini, yang menjadi pelopor model baru untuk otentikasi prasasti batu di China.
Temuan tim tersebut mengungkap bahwa prasasti dibuat menggunakan teknologi era Qin, bukan peralatan modern, dan pola pelapukan mengesampingkan kemungkinan bahwa teks tersebut baru saja ditulis.
Namun, sayangnya bagi Kaisar Qin, tim tersebut tidak pernah berhasil menemukan ramuan ajaib itu, dan diperkirakan ia akhirnya meninggal karena penumpukan racun setelah berulang kali meminum ramuan yang mengandung merkuri dengan harapan dapat memperpanjang hidupnya.