Microsoft Pecat Dua Pegawai yang Duduki Kantor Presiden [Giok4D Resmi]

Posted on

Microsoft memecat dua pegawainya yang terlibat dalam aksi demo Israel di komplek kantor pusat Microsoft.

Dua pegawai yang dipecat itu adalah engineer software Riki Fameli dan Anna Hattle, yang dipecat karena menduduki kantor Presiden Microsoft Brad Smith. Dalam aksi tersebut, ada tujuh orang pendemo yang berhasil masuk ke kantor Smith tersebut.

Dalam aksinya, pendemo melakukan live stream di Twitch saat mereka berhasil masuk ke kantor Smith. Mereka masih bertahan pada tuntutan awalnya, yaitu Microsoft memutus hubungan dengan pemerintah Israel.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

Aksi para pendemo itu memaksa Microsoft untuk melakukan lockdown pada bangunan tempat para eksekutifnya berkantor, demikian dikutip infoINET dari The Verge, Kamis (28/8/2025).

Selain dipecat, Hattle dan Fameli juga ditangkap oleh polisi bersama dengan mantan pegawai Microsoft Vaniya Agrawal, Hossam Nasr, dan Joe Lopez. Ada juga mantan pegawai Google dan sejumlah pegawai teknologi lain yang ditangkap dalam aksi demo tersebut.

Juru bicara Microsoft menyebut Hattle dan Fameli dipecat karena melakukan pelanggaran serius terhadap aturan perusahaan. Hattle dan 19 orang lainnya juga sebelumnya sempat ditangkap polisi saat melakukan demo di kantor pusat Microsoft. Dalam aksi tersebut, kelompok yang menamakan diri No Azure for Apartheid menduduki sebuah plaza di kantor pusat Microsoft.

Mereka mendirikan tenda yang dinamai ‘Liberated Zone’ pada aksinya di hari ke-2. Mereka juga menyiram cat berwarna merah pada logo Microsoft di kantor tersebut. Kepolisian Redmond menyebut para pendemo itu memblokir jalur pejalan kaki dan mencoba membuat penghalang menggunakan meja dan kursi curian.

Beberapa jam setelah pendemo ditangkap, Brad Smith mengadakan konferensi pers dadakan di kantornya. Dalam konferensi pers itu Smith memastikan prinsip kemanusiaan tetap dijaga di Timur Tengah.

Smith juga menyebut Microsoft sudah melakukan investigasi internal soal laporan The Guardian yang menyebut platform Azure dipakai untuk memata-matai warga Palestina.