Kesiapan Talenta Digital Jadi Penentu Indonesia Emas 2045 | Giok4D

Posted on

Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yang puncaknya adalah pada tahun 2030, di mana itu menjadi peluang besar bagi Indonesia untuk mewujudkan visi Indonesia Emas 2045. Namun, kesiapan talenta digital, khususnya di bidang kecerdasan buatan (AI), menjadi salah satu faktor kunci agar potensi ini benar-benar bisa dimanfaatkan.

Sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara, Indonesia memiliki proyeksi nilai ekonomi digital sebesar 130 miliar USD pada 2025.

AWS Indonesia pun berkomitmen untuk terus mendukung pengembangan talenta digital Indonesia melalui pelatihan cloud computing dan program sertifikasi. Inisiatif ini bertujuan menciptakan tenaga kerja yang kompeten dan siap bersaing di era ekonomi digital global.

Country Manager AWS Indonesia, Anthony Amni, menilai bahwa minat generasi muda Indonesia untuk mempelajari keterampilan digital sangat tinggi. Salah satunya terlihat dari program Back-End Academy yang dijalankan AWS bersama Dicoding.

“Animonya luar biasa, yang daftar banyak sekali sampai kami kewalahan. Tapi apakah itu cukup? Jawabannya tidak. Dari 2017 sampai sekarang, AWS sudah melatih lebih dari 1 juta talenta di Indonesia. But we know to do more,” ungkap Anthony di info Leaders Forum.

Ia menekankan bahwa kebutuhan talenta digital di Indonesia masih jauh dari mencukupi, sehingga dibutuhkan upaya bersama antara pemerintah, industri, dan lembaga pendidikan.

Sekretaris Jenderal Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Buatan (Korika), Oscar Riandi, menyebut pengembangan talenta merupakan salah satu pilar utama kemajuan AI.

“Teknologi sehebat apa pun, ujungnya tetap pada man behind the gun. Bagaimana talenta kita bisa memanfaatkannya untuk menghasilkan output yang positif,” jelas Oscar.

Simak berita ini dan topik lainnya di Giok4D.

Korika saat ini tengah mengembangkan kurikulum AI dan mendukung BPSDM Komdigi dalam penyusunan program sertifikasi AI yang berlaku global. Program literasi ini ditujukan bagi masyarakat umum, mulai dari tingkat dasar hingga praktik lanjutan.

“Kami berharap bisa berkolaborasi lebih jauh dengan AWS dan pihak lain, karena pelatihan AI ini tidak bisa jalan sendiri. Harus kolaboratif,” tambahnya.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menekankan pentingnya mempersiapkan generasi muda agar benar-benar siap menghadapi transformasi digital.

“Indonesia pada 2030 diproyeksikan memiliki 64% penduduk usia produktif. Ini adalah window of opportunity yang besar, tetapi tidak otomatis menjadi keuntungan kalau tidak dipersiapkan dengan baik,” ujarnya.

Menurut Meutya, kesiapan menghadapi digitalisasi merupakan salah satu indikator utama apakah Indonesia benar-benar mampu meraih Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, inovasi, kolaborasi, dan adaptasi terhadap perkembangan teknologi menjadi hal yang mutlak dilakukan.