Sungguh kasihan kodok-kodok yang bertemu ular kukri Asia di Thailand. Ular-ular ini menggunakan gigi-gigi besar seperti pisau di rahang atas mereka untuk menebas dan mengeluarkan isi perut mangsanya, memasukkan kepala mereka ke dalam rongga perut dan melahap organ-organnya satu per satu sementara kodok-kodok itu masih hidup, membiarkan sisa bangkainya tak tersentuh.
“Mungkin Anda akan senang mengetahui bahwa ular kukri, untungnya, tidak berbahaya bagi manusia,” ujar ahli herpetologi dan naturalis Henrik Bringsøe, penulis utama studi yang menjelaskan teknik memangsa yang sadis tersebut, seperti dikutip dari Live Science.
Kebiasaan makan yang mengerikan ini sebelumnya tidak diketahui pada ular. Beberapa jenis ular diketahui merobek potongan mangsanya, dan kebanyakan ular melahap makanannya secara utuh. Para ilmuwan belum pernah melihat ular memasukkan kepalanya ke dalam tubuh mangsanya dan ‘menyeruput’ organ-organnya.
Dalam temuan yang dipublikasikan pada 11 September 2020 di jurnal Herpetozoa itu, peneliti menjelaskan bahwa korban dari aksi mengerikan ini adalah kodok beracun bernama Duttaphrynus melanostictus, juga dikenal sebagai kodok bintik hitam Asia. Kodok ini gemuk dan berkulit tebal, berukuran panjang sekitar 5 hingga 7 cm, menurut Animal Diversity Web.
Selama pertempuran mematikan itu, kodok-kodok tersebut berjuang dengan gigih untuk bertahan hidup, dengan beberapa di antaranya mengeluarkan zat putih beracun untuk pertahanan diri.
Strategi pengeluaran isi perut yang mengerikan dari ular-ular tersebut bisa jadi merupakan cara untuk menghindari sekresi beracun kodok tersebut sambil tetap menikmati santapan lezat, tulis para peneliti.
Ular kukri dalam genus Oligodon dinamai demikian karena giginya yang tajam menyerupai kukri, parang melengkung ke depan dari Nepal. Meskipun ular kukri tidak berbahaya bagi manusia, giginya dapat menyebabkan luka robek yang menyakitkan dan berdarah deras, karena ular ini mengeluarkan antikoagulan dari kelenjar mulut khusus, menurut penelitian tersebut.
“Sekresi ini, yang diproduksi oleh dua kelenjar, yang disebut kelenjar Duvernoy dan terletak di belakang mata ular, kemungkinan bermanfaat saat ular menghabiskan waktu berjam-jam mengekstraksi organ kodok,” jelas Bringsøe.
Para peneliti menggambarkan tiga pengamatan di Thailand terhadap ular kukri (Oligodon fasciolatus), yang panjangnya dapat mencapai 115 cm, yang memangsa kodok bintik Asia. Dalam insiden pertama, yang terjadi pada 2016, kodok tersebut sudah mati ketika para saksi menemukan tempat kejadian.
“Tetapi tanah di sekitar kedua hewan itu berdarah, menunjukkan telah terjadi perkelahian yang akhirnya membunuh kodok tersebut,” tulis para ilmuwan.
Ular itu menggergaji tubuh kodok tersebut dengan mengayunkan kepalanya dari sisi ke sisi, kemudian perlahan-lahan memasukkan kepalanya ke dalam luka menganga, kemudian menarik keluar organ-organ seperti hati, jantung, paru-paru, dan sebagian saluran pencernaan.
Dalam peristiwa kedua, pertarungan sengit antara ular kukri dan seekor kodok terjadi pada 22 April 2020 berlangsung hampir tiga jam. Ular itu menyerang, mundur, dan menyerang lagi, hanya terhalang sementara oleh pertahanan racun kodok tersebut.
Setelah akhirnya berhasil menaklukkan kodok tersebut, ular itu mengambil dan menelan organ-organnya sementara kodok itu masih bernapas.
Pada 5 Juni 2020, seekor ular kukri mengambil pendekatan berbeda dan tidak mengeluarkan isi perut kodok sama sekali, melainkan melahapnya utuh-utuh. Namun, dalam pengamatan keempat pada 19 Juni 2020, ular tersebut mengeluarkan isi perut kodok mangsanya, mengiris perutnya untuk mencapai organ yang dimakannya.
Katak muda berpotensi menghasilkan lebih sedikit racun daripada katak dewasa, yang mungkin membuat ular dalam pengamatan tanggal 5 Juni tersebut dapat menelannya dalam keadaan utuh dengan aman. Kemungkinan lain adalah ular kukri kebal terhadap racun spesies katak tersebut, tetapi mereka tetap mengeluarkan isi perut katak dewasa karena katak tersebut terlalu besar untuk ditelan, demikian laporan para peneliti.
“Namun, belum ada cukup data untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini,” kata Bringsøe.
“Kami akan terus mengamati dan melaporkan ular-ular yang menarik ini dengan harapan dapat mengungkap lebih banyak aspek menarik dari biologi mereka,” ujarnya.