Jeritan terdengar dari puncak pohon tepat sebelum seekor bayi monyet kapusin jatuh dan mati. Tak lama kemudian, beberapa kerabat bayi itu berkumpul untuk melahap bangkainya yang tak bernyawa. Peristiwa ini terekam kamera dan para ilmuwan menyaksikan semuanya.
Para peneliti telah mengamati populasi monyet kapusin berwajah putih (Cebus imitator) ini selama lebih dari 37 tahun, mendokumentasikan kehidupan mereka di Taman Nasional Santa Rosa di Kosta Rika. Selama bertahun-tahun, para ilmuwan belum pernah mencatat kasus kanibalisme di antara monyet-monyet tersebut. Semua itu berubah pada 9 April 2019.
Tim tersebut menggambarkan insiden mengerikan itu dalam laporan yang diterbitkan pada 16 Oktober 2020 di jurnal Ecology and Evolution.
Saat mengamati sekelompok kecil monyet, para ilmuwan mendengar suara keras dari atas pohon di dekatnya. Seekor monyet berusia 10 hari, yang dikenal sebagai CT-19, jatuh ke tanah, dan induknya, yang disebut CT, bergegas turun untuk mengambil bayinya.
CT mencoba menggendong bayi itu kembali ke puncak pohon, dua kali, dengan CT-19 menempel di perutnya, tetapi bayi itu jatuh dua kali dan tidak bisa lagi berpegangan pada induknya. CT-19 jatuh tak bergerak selama beberapa menit, dan tak lama kemudian, monyet-monyet lain berkumpul untuk memeriksa bangkainya.
Seekor monyet jantan berusia 2 tahun mendekati lokasi kejadian dan mulai menggigit kaki monyet yang mati, menggigit jari-jari kakinya.
“Meskipun CT tidak berusaha mengambil bayinya, ia tetap berada di dekatnya dan waspada,” kata para penulis seperti dikutip dari Live Science.
Seekor monyet betina alfa, berusia 23 tahun, kemudian menarik tubuh monyet tersebut menjauh dari monyet jantan muda dan menggigiti bangkainya dengan sungguh-sungguh, dimulai dari kaki kiri. Setelah setengah jam, monyet betina tersebut telah memakan seluruh bagian bawah bayi monyet, hanya menyisakan kepala, dada, dan lengan.
Jantan muda berhasil mencuri sedikit ekor selama ‘pesta’ ini, tetapi selain itu, betina alfa melahap sebagian besar CT-19. Secara teknis, jantan tersebut adalah sepupu kedua CT-19, dan betina alfa adalah bibi buyut bayi tersebut, tulis para peneliti.
Sebelum kematian kapusin muda ini, hanya delapan kasus kanibalisme yang telah diamati pada primata Amerika Tengah dan Selatan. Di antara primata, secara umum, kasus kanibalisme yang jarang terjadi cenderung bertepatan dengan pembunuhan bayi yang dilakukan oleh orang dewasa yang tidak berkerabat.
Dalam kasus lain, individu yang berkerabat dekat dapat memakan bayi setelah kematiannya yang wajar. Sedangkan dalam kasus ini, ada alasan untuk percaya bahwa CT-19 adalah korban pembunuhan bayi.
“Segera setelah teriakan dan bayi jatuh ke tanah, monyet jantan dewasa dikejar dari area yang sama oleh seekor betina dewasa,” tulis para peneliti.
Pengamatan sebelumnya terhadap kapusin menunjukkan bahwa betina sering mengusir pelaku setelah menyaksikan pembunuhan bayi, dan meskipun para ilmuwan tidak menyaksikan bagaimana atau mengapa CT-19 jatuh, mereka menduga monyet jantan dewasa mungkin telah mendorong atau menyerang bayi tersebut.
Monyet kapusin berwajah putih biasanya memakan tumbuhan dan hewan kecil, seperti kadal, tupai, dan burung. Saat menangkap mangsa, monyet-monyet ini cenderung memulai dengan menggigit wajah mangsanya agar cepat membungkam mangsa dan menghindari digigit; monyet kapusin biasanya memakan seluruh tubuh mangsa, baik sendiri maupun berkelompok.
Namun, saat memakan salah satu mangsanya sendiri, perilaku monyet-monyet ini sangat berbeda, hanya dua monyet yang ikut makan dan mereka membiarkan seluruh bagian atas bangkai mangsa tidak tersentuh.
Kebanyakan monyet lain di dekatnya hanya memeriksa bangkai tersebut, atau membuat gerakan mengancam ke arahnya, yang menunjukkan bahwa ini adalah situasi yang tidak biasa bagi kapusin.
Para penulis menduga, beberapa monyet yang beralih ke kanibalisme mungkin melakukannya demi manfaat nutrisi. Sekitar dua minggu setelah memakan CT-19, betina alfa melahirkan anaknya sendiri, yang berarti ia sedang dalam tahap akhir kehamilan saat kejadian tersebut.
Monyet jantan muda baru saja disapih dari induknya sendiri, yang berarti ia baru mulai mencari makan sendiri ketika CT-19 jatuh dari puncak pohon.
Skenario-skenario ini mengisyaratkan bahwa kapusin mungkin beralih ke kanibalisme ketika sangat membutuhkan nutrisi tambahan, tetapi karena kanibalisme primata sangat jarang diamati, ini hanyalah hipotesis.
Para penulis menyimpulkan bahwa laporan kasus kanibalisme primata perlu dikaji lebih lanjut untuk menentukan secara pasti mengapa monyet melakukan perilaku ini.