Taktik Coinbase Hadapi Pencurian Kripto oleh Korea Utara

Posted on

Coinbase, perusahaan crypto exchanger, menerapkan taktik unik untuk menghadapi “serbuan” pekerja IT dari Korea Utara, yang seringkali dituding dari biang kerok jebolnya sistem keamanan berbagai perusahaan.

Taktik unik itu adalah dengan mewajibkan semua pekerja baru untuk datang langsung ke kantor Coinbase. Hal ini diungkap oleh CEO Coinbase Brian Armstrong dalam wawancara di podcast Cheeky Pint.

Hal ini mereka terapkan setelah FBI dan berbagai perusahaan keamanan siber mengungkap Korea Utara menyusupkan warganya sebagai pekerja IT di ratusan perusahaan. Mereka masuk sebagai pegawai IT freelance yang bekerja secara remote atau dari jarak jauh tanpa datang ke kantor.

“Ini terasa seperti ada 500 orang baru yang lulus setiap kuartal dari semacam sekolah yang mereka punya di Korea Utara,” kata Armstrong, seperti dikutip infoINET dari Pcmag, Senin (25/8/2025).

Armstrong mengindikasikan kalau Coinbase memang masih akan terus menjalankan wawancara dari jarak jauh, namun kandidat pegawai itu harus menyalakan kamera selama video call dan membuktikan kalau orang yang ada dalam video itu bukan AI.

“Serius, semua yang nantinya punya akses sensitif, akan kami pastikan punya kewarganegaraan AS dan keluarga di negara ini. Ini karena seseorang mungkin tidak akan kabur dan tidak takut pada ekstradisi atau semacamnya,” tambahnya.

Wajar saja jika Coinbase sangat berhati-hati, Korut sudah tenar sejak lama atas aksi pencurian mata uang kripto. Termasuk insiden pencurian kripto senilai USD 1,4 miliar yang menimpa Bybit beberapa waktu yang lalu.

Coinbase sendiri baru-baru ini mengalami pembobolan yang terjadi setelah salah satu pegawai customer support-nya disuap oleh penjahat siber untuk mendapatkan informasi rekening korban.

Padahal menurut Armstrong, pegawainya bekerja di fasilitas yang tertutup menggunakan Chromebook. Namun si pelaku ini berhasil menyusupkan ponsel ke dalam kantor untuk memotret layar komputer. Informasi semacam inilah yang dibayar sebesar ratusan ribu dollar oleh si penjahat siber.