Cisco merilis studi global terbaru yang mengungkapkan terjadinya pergeseran besar dalam arsitektur jaringan perusahaan di era kecerdasan buatan (AI).
Laporan ini menunjukkan bahwa hadirnya asisten AI, agen AI, dan beban kerja berbasis data telah membuat lalu lintas jaringan menjadi lebih cepat, dinamis, sensitif terhadap latensi, sekaligus lebih kompleks.
Di tengah meningkatnya jumlah perangkat yang terhubung, kebutuhan ketersediaan jaringan tanpa henti, serta ancaman keamanan yang semakin besar, perusahaan dituntut untuk membangun infrastruktur yang adaptif. Menurut Cisco, jaringan modern kini tidak lagi sekadar penopang, melainkan fondasi strategis bagi pertumbuhan bisnis masa depan.
Enam Sinyal Transformasi Jaringan
Studi Cisco menyoroti enam tren utama yang menjadi tanda perubahan arsitektur jaringan:
“Ketika perusahaan-perusahaan di Indonesia dan di seluruh dunia mulai memanfaatkan kekuatan AI, jaringan menjadi fondasi penting yang memungkinkan AI bisa bekerja dengan baik. Untuk memenuhi kebutuhan bisnis masa depan dan menghadapi ancaman yang terus berkembang, jaringan saat ini harus lebih cepat, lebih cerdas, dan lebih resilien,” ujar Marina Kacaribu, Managing Director, Cisco Indonesia.
Nilai Finansial Jaringan Modern
Cisco juga menemukan bahwa perusahaan telah memperoleh manfaat finansial dari jaringan modern, mulai dari peningkatan pengalaman pelanggan (61%), efisiensi (74%), hingga dukungan inovasi (62%). Namun, banyak nilai ini berisiko hilang jika infrastruktur belum siap menghadapi beban AI dan kebutuhan real-time.
Lebih dari 90% pemimpin IT meyakini peningkatan jaringan akan langsung mendongkrak pendapatan. Sementara 96% lainnya mengharapkan efisiensi biaya nyata dari operasional yang lebih pintar, gangguan yang berkurang, hingga konsumsi energi lebih rendah.