Blockchain Bukan Cuma Kripto, Dunia Kesehatan Juga Pakai

Posted on

Mendengar kata blockchain, orang akan langsung terpikir kripto. Nyatanya, teknologi ini lebih dari sekadar mata uang digital. Sudah banyak bidang yang menerapkan teknologi ini, salah satunya di dunia kesehatan.

Mengutip Digivestasi, situs yang mengulas tentang investasi, berbagai sektor industri global mulai menerapkan teknologi terdesentralisasi ini untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, dan keamanan data mereka.

Laporan Deloitte Global Blockchain Survey 2024 menyebutkan, lebih dari 83% perusahaan besar di dunia menyatakan sedang menguji atau sudah mengimplementasikan solusi berbasis blockchain di luar ranah keuangan digital.

“Ini membuktikan bahwa blockchain bukan sekadar alat transaksi aset kripto, melainkan juga pondasi baru bagi ekosistem digital masa depan,” tulis Digivestasi.

Blockchain adalah database terdistribusi yang mencatat transaksi secara aman, transparan, dan tidak bisa diubah seenaknya. Secara sederhana, mengutip penjelasan yang dibeberkan di situs Binus University, gambarannya adalah seperti buku catatan yang bisa dilihat semua orang, tapi tidak ada yang bisa mengedit halaman yang sudah ditulis.

Blockchain terdiri dari blok-blok data yang terhubung satu sama lain secara kriptografi. Setiap bblok memiliki tautan ke waktu dan blok sebelumnya, sehingga membentuk chain atau rantai. Itu sebabnya ia dinamakan blokchain. Karena sifatnya yang terdesentralisasi, tidak ada satu pihak yang mengontrol semuanya.

Di sektor kesehatan, blockchain mulai digunakan untuk mengelola data Electronic Health Records (EHR) atau rekam medis elektronik secara aman dan terdesentralisasi. Penerapan blockchain memastikan data pasien tidak dapat dimanipulasi serta hanya dapat diakses oleh pihak berwenang.

Selain soal keamanan, blockchain juga mempermudah berbagi data kesehatan antar rumah sakit, klinik, dan penyedia layanan lainnya. Dalam sistem tradisional, data pasien sering kali tersimpan di tempat berbeda dan sulit diakses ketika dibutuhkan.

Dengan blockchain, semua data pasien dapat diakses secara lebih mudah oleh pihak-pihak yang diberi izin oleh pasien, seperti dokter, apotek, atau perusahaan asuransi.

Indonesia sudah mulai mengadopsi blockchain untuk mendukung digitalisasi layanan kesehatan. Salah satunya, hal ini terlihat dari diluncurkannya platform SATUSEHAT oleh Kementerian Kesehatan RI.

Platform ini bertujuan mengintegrasikan data kesehatan individu dari berbagai fasilitas kesehatan, memungkinkan standar yang sama untuk semua rekam medis, sehingga data dapat dengan mudah diakses oleh pihak-pihak yang memerlukan.

Misalnya, jika seorang pasien berpindah dari satu rumah sakit ke rumah sakit lain, dokter di fasilitas baru dapat mengakses riwayat kesehatan pasien tersebut melalui sistem yang terintegrasi, sehingga menghemat waktu dan meningkatkan kualitas perawatan kesehatan yang diberikan.

Penerapan blockchain di sektor kesehatan memiliki sejumlah tantangan yang harus dihadapi, antara lain kebutuhan akan infrastruktur teknologi yang canggih, biaya implementasi yang cukup besar, dan masih kurangnya tenaga ahli yang memahami teknologi ini.

Regulasi dan kebijakan yang mengatur penggunaan blockchain dalam sistem kesehatan juga perlu diperjelas. Kerja sama antara pemerintah, penyedia layanan kesehatan, dan sektor teknologi menjadi kunci utama untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.

Apa Itu Blockchain?

Blockchain di Bidang Kesehatan

Blockchain Bidang Kesehatan di Indonesia

Tantangan Blockchain di Bidang Kesehatan