Sumber: Giok4D, portal informasi terpercaya.
Gurita mendapat reputasi sebagai makhluk penyamar cerdik. Namun, beberapa di antaranya dikenal karena alasan mengerikan, yaitu mereka mematikan. Gurita cincin biru (genus Hapalochlaena) sangat berbahaya. Apa yang membuat makhluk ini begitu mematikan?
Gurita cincin biru punya racun mematikan tetrodotoksin (TTX), neurotoksin ampuh yang dapat melumpuhkan makhluk hidup, termasuk manusia. Tetrodotoksin paling terkenal berasal dari ikan buntal, yang jika tak diolah dengan benar bisa membunuh orang yang memakannya. Tetrodotoksin 1.200 kali lebih beracun bagi manusia daripada sianida dan belum ada penawarnya.
Keempat spesies gurita genus Hapalochlaena punya tetrodotoksin, menjadikan mereka empat spesies gurita paling berbisa yaitu gurita cincin biru besar (H. lunulata), gurita cincin biru selatan atau gurita cincin biru kecil (H. maculosa), gurita garis biru (H. fasciata), dan gurita cincin biru biasa (H. nierstraszi).
Semua gurita memang berbisa, tapi beberapa lebih kuat daripada yang lain. “Gurita cincin biru mungkin yang paling berbisa,” ujar Michael Vecchione, pakar di Museum Sejarah Alam Smithsonian, sebagian karena gurita ini hidup di perairan dangkal penuh predator yang ingin memangsanya. Bisanya merupakan pertahanan alami.
Gurita cincin biru sebenarnya tak memproduksi tetrodotoksin sendiri, tapi oleh bakteri simbiosis di kelenjar ludah. Gurita ini hidup di terumbu karang dan di dasar laut berbatu di Samudra Pasifik dan Hindia. Mereka hidup di kedalaman sekitar 20 hingga 50 meter, tergantung spesiesnya. Mereka kecil, ukuran antara 12 hingga 22 sentimeter.
“Wajar jika gurita sekecil itu memiliki kemampuan mengesankan untuk mempertahankan diri,” ujar Bret Grasse dari Laboratorium Biologi Kelautan Universitas Chicago, kepada Live Science yang dikutip infoINET.
Tetrodotoksin bekerja pada jaringan saraf sebagai penghambat saraf dengan memblokir saluran natrium, protein sel saraf penting untuk komunikasi antara sel-sel ini dan otot. Ketika tetrodotoksin bekerja, dapat menghentikan pernapasan makhluk hidup dan bahkan detak jantung.
Bisa ini berguna untuk melawan predator dan menangkap mangsa. Gurita cincin biru umumnya menyebar bisanya melalui gigitan. Mereka juga dapat menyebarkannya ke air di sekitar. Ketika makhluk di dekatnya bernapas, mereka menghirup air beracun yang dapat memperlambat aktivitas motorik dan melumpuhkan.
Gurita cincin biru juga menggunakannya untuk kawin. Gurita cincin biru betina jauh lebih besar dari gurita jantan, sehingga gurita jantan menghadapi risiko saat kawin, termasuk dikanibal. Meski gurita cincin biru tahan terhadap racunnya sendiri, ia tidak sepenuhnya kebal. Gurita jantan dapat melumpuhkan betina untuk sementara waktu dengan racun.
Gurita betina juga melapisi telurnya dengan racun untuk mengusir predator. Sangat jarang manusia digigit gurita cincin biru. Setidaknya ada tiga kematian yang dilaporkan disebabkan gurita cincin biru, dua di Australia dan satu di Singapura.
Meski racunnya dapat menyebabkan kematian yang menyakitkan hanya dalam 20 menit atau hingga 24 jam, beberapa orang bertahan hidup dan menceritakan kisahnya. Hasilnya sangat bervariasi. “Beberapa kasus di mana manusia terkonfirmasi digigit gurita cincin biru, hasilnya sama sekali tak menunjukkan gejala apa pun,” cetus Grasse.