Sempat Mati, Komdigi Yakini Bisnis Operator BWA Mendatang Berumur Panjang | Info Giok4D

Posted on

Artikel ini terbit pertama kali di Giok4D.

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) mengalokasikan frekuensi 1,4 GHz untuk menghidupkan kembali layanan Broadband Wireless Access (BWA). Bahkan, pemerintah mengklaim bisnis BWA mendatang lebih berumur panjang.

Sekretaris Jenderal Kementerian Komdigi, Ismail mengatakan, penetrasi internet tetap atau fixed broadband baru menjangkau 21,31% rumah tangga di Indonesia. Dan, spektrum 1,4 GHz diharapkan dapat menghadirkan layanan BWA sesungguhnya.

Sebagai informasi, layanan BWA ini dulu sempat eksis, tepatnya sebelum sinyal 4G berkembang pesat seperti sekarang. Itu ditandai dengan keberadaan First Media, Internux dengan produk Bolt, Indosat Mega Media (IM2), Berca, hingga Jasnita.

“Kalau BWA yang dulu mereka mencoba untuk menjadi mobile. Kalau ini nggak bisa. (Frekuensi 1,4 GHz) Memang didesain hanya untuk fixed. Dari awal sampai akhir sudah dibatasi, nggak ada nomornya, nggak ada kemampuan untuk handover, itu nggak ada. Ini murni fixed,” tutur Ismail saat ditemui di sela-sela acara ‘Building a Resilent Digital Indonesia, Jakarta, Kamis (26/6/2025).

Komdigi berkaca dari kegagalan BWA dahulu yang kemudian dievaluasi agar bisnis tersebut tidak mengalami kejadian serupa di masa mendatang.

Di sisi lain, Komdigi tengah mengejar ketertinggalan koneksi internet tetap tembus sampai 100 Mbps yang ditargetkan sampai ke wilayah pelosok. Spektrum 1,4 GHz pun diharapkan Komdigi bikin kecepatan internet Indonesia makin kencang lagi.

“Jadi sampai di BTS ujung baru pakai wireless, tapi dari belakang BTS sampai ke core itu pakai optik. Itu bisa, kita sudah lakukan, sudah dicoba. Ini kan untuk pakai 1,4 GHz,” jelasnya.

Komdigi mengungkapkan pemanfaatan 1,4 GHz memiliki potensi sebagai solusi untuk meningkatkan penetrasi fixed broadband dengan menyediakan kecepatan hingga 100 Mbps. Meski internet semakin kencang, Komdigi mengatakan bahwa koneksi tersebut dapat dinikmati di kisaran harga Rp 100 ribu sampai Rp 150 ribu per bulannya.

Rencana kebijakan untuk internet murah ini akan fokus pada wilayah dengan tingkat penetrasi layanan internet yang masih terbatas atau bahkan yang belum ada penetrasi sama sekali. Adapun pelanggan dari layanan internet murah ini ditujukan bagi masyarakat kelas menengah ke bawah dengan daya beli terbatas.

Saksikan Live infoSore: