Mengenal Timeline Program Nuklir Iran yang Bikin Takut Barat

Posted on

Program nuklir Iran menjadi salah satu yang paling diawasi di dunia karena memicu kekhawatiran internasional yang besar. Iran menegaskan bahwa ambisi nuklirnya murni untuk tujuan sipil, termasuk produksi energi. Namun program nuklir Iran tetap bikin takut negara-negara Barat karena secara historis, negara ini juga mengejar proyek senjata nuklir dengan nama kode ‘AMAD’.

Amerika Serikat (AS) berupaya ikut campur mengatasinya, begitu pula banyak organisasi internasional dan pemerintah asing. Untuk membantu memahami program nuklir Iran, berikut adalah kronologi timeline yang menjadi sorotan utama, seperti dirangkum dari situs Bulletin of the Atomic Scientists, Rabu (25/6/2025).

Iran menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir (NPT) sebagai negara nonsenjata nuklir, dan setuju untuk tidak mencari senjata semacam itu di masa mendatang. Meskipun ada kewajiban ini, setelah revolusi 1979 yang menggulingkan pemimpin Iran yang bersekutu dengan Barat, negara itu dinilai diam-diam berupaya mengembangkan senjata nuklir, termasuk dengan memulai program pengayaan uranium dan menyusun rencana untuk membuat dan menguji senjata.

Kelompok oposisi Iran mengungkap fasilitas nuklir bawah tanah rahasia di Natanz dan Arak yang masing-masing dimaksudkan untuk memperkaya uranium. Iran mengklaim bahwa fasilitas-fasilitas itu dimaksudkan untuk memainkan peran dalam tenaga nuklir sipil.

Namun AS mempertanyakan apakah negara kaya minyak dan gas itu membutuhkan fasilitas-fasilitas tersebut, dengan menuding bahwa fasilitas-fasilitas itu dimaksudkan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan senjata nuklir.

Di tengah negosiasi mengenai program nuklirnya, Iran setuju untuk menghentikan pengayaan dan pembuatan serta pemasangan komponen penting di fasilitasnya. Namun setelah presiden konservatif Mahmoud Ahmadinejad terpilih pada 2005, Iran memulai kembali upaya pengayaannya.

Presiden AS ke-44 Barack Obama mengungkapkan bahwa Iran telah membangun situs nuklir rahasia lainnya. Situs Fordow terkubur jauh di dalam gunung yang melindunginya dari serangan. Obama mengatakan saat itu bahwa konfigurasinya tidak konsisten dengan program nuklir damai. Beberapa ahli sekarang memperkirakan bahwa fasilitas tersebut dapat menghasilkan cukup bahan untuk senjata nuklir dalam waktu kurang dari seminggu.

Malware berbahaya yang dikenal sebagai ‘Stuxnet’ menginfeksi situs pengayaan nuklir bawah tanah Natanz, menghancurkan sekitar 1.000 sentrifus. Malware tersebut menginfeksi setidaknya 14 pabrik industri di Iran.

Kompleksitas serangan dan kebocoran pers menyebabkan banyak orang menduga bahwa badan intelijen AS dan Israel yang meluncurkan worm atau cacing komputer tersebut, namun hingga saat ini belum ada yang secara resmi mengaku bertanggung jawab.

Setelah Hassan Rouhani yang moderat terpilih sebagai presiden Iran pada 2013, negara tersebut memulai negosiasi dengan AS dan negara-negara lain mengenai rencana untuk memastikan Iran tidak dapat mengembangkan senjata nuklir dalam waktu satu tahun sejak keputusan untuk melakukannya.

Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), yang secara umum dikenal sebagai ‘kesepakatan Iran,’ menyerukan pengawasan internasional yang lebih besar terhadap fasilitas nuklir Iran, janji Iran untuk tidak mengembangkan bahan nuklir tingkat senjata, dan keringanan sanksi bagi ekonomi Iran. Israel mengecam kesepakatan tersebut karena melegitimasi program nuklir Iran. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berpendapat bahwa Iran akan melanggar perjanjian tersebut atau menunggu hingga ketentuannya berakhir dalam 10 hingga 15 tahun.

Presiden AS ke-45 Donald Trump, yang saat itu sedang menjalani masa jabatan pertamanya, menepati janji kampanyenya dan menarik AS keluar dari kesepakatan Iran.

“Ini adalah kesepakatan sepihak yang mengerikan yang seharusnya tidak pernah dibuat,” katanya saat itu, sambil kembali memberlakukan sanksi berat terhadap Iran. Pendahulunya, Obama, memperkirakan bahwa Trump akan membuat dunia semakin berbahaya dan memberinya pilihan yang sia-sia antara Iran yang bersenjata nuklir atau perang lain di Timur Tengah.

Tanpa akses ke bantuan ekonomi JCPOA, Iran akhirnya memulai kembali beberapa operasi nuklir, termasuk mengembangkan lebih banyak uranium melebihi yang diizinkan perjanjian, untuk tenaga nuklir. Iran juga memulai kembali kegiatannya yang sempat terhenti, seperti memperkaya uranium di atas tingkat medis di fasilitas Fordow yang dulunya dirahasiakan.

Iran semakin menjauh dari janji nuklirnya setelah serangan pesawat nirawak AS yang terarah menewaskan seorang jenderal tinggi, Qasem Soleimani, yang saat itu dianggap sebagai tokoh paling berkuasa kedua di Iran.

Negara itu mengumumkan tidak akan lagi membatasi pengayaan uraniumnya, yang secara efektif membunuh apa yang tersisa dari kesepakatan nuklir. “Sudah selesai. Jika tidak ada batasan produksi, maka tidak ada kesepakatan,” kata seorang pakar kepada The New York Times.

Presiden AS ke-46 Joe Biden berjanji untuk merundingkan kembali kesepakatan dengan Iran, yang memiliki ketentuan yang berbeda dari JCPOA. Biden ingin kesepakatan tersebut membahas kemampuan rudal Iran dan masalah lain yang menurut Iran tidak boleh dilibatkan dalam kesepakatan.

Hal lain yang menjadi kendala di awal adalah siapa yang akan mengambil langkah pertama. Biden ingin Iran kembali mematuhi batasan yang diberlakukan oleh JCPOA sebelum ia mencabut sanksi AS. Di sisi lain, Iran menginginkan hal sebaliknya. Pada akhir masa jabatan Biden, tidak banyak yang dapat ditunjukkan dari upaya diplomatik untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir.

Iran mengalami kemunduran demi kemunduran menyusul serangan sekutunya Hamas terhadap Israel. Hamas, bersama dengan Hizbullah Lebanon yang bersekutu dengan Iran, telah lama mempersulit Israel untuk menyerang Iran secara langsung.

Namun, serangan Israel dan genosida di Gaza telah melumpuhkan kedua kelompok tersebut, membuat Iran rentan. Dalam serangan balasan yang dimulai ketika Israel membunuh pejabat tinggi Iran di Suriah pada April 2024 dan meningkat setelah Israel membunuh pemimpin Hizbullah beberapa bulan kemudian, Iran berada di pihak yang kalah, yang memungkinkan Israel melemahkan kemampuan militernya.

Direktur Intelijen Nasional AS Tulsi Gabbard melaporkan kepada Kongres bahwa Iran belum melanjutkan program senjata nuklir yang diakhirinya pada 2003. Namun, ia mencatat tingginya tingkat uranium yang diperkaya di Iran dan pembahasan senjata nuklir yang dulu tabu, kini dilakukan secara terang-terangan.

“Ini merupakan tanda-tanda yang mengkhawatirkan bahwa para pendukung senjata nuklir di negara itu mungkin merasa berani,” ujarnya.

Trump awalnya optimistis tentang kesepakatan baru dengan Iran selama masa jabatan keduanya. Gedung Putih pada April lalu menyebut pembicaraan yang sedang berlangsung sebagai diskusi yang ‘konstruktif.’

Meskipun Netanyahu dari Israel telah mendesak serangan terhadap Iran, Trump ingin memberi kesempatan pada diplomasi. Tetapi Trump pada 9 Juni mengumumkan bahwa Iran telah menolak kesepakatan untuk membuat konsorsium nuklir Timur Tengah regional yang akan memasok bahan bakar untuk reaktor tenaga nuklir.

Konsorsium tersebut akan mengambil alih kemampuan pengayaan Iran, yang berarti Iran tidak akan lagi dapat melakukan langkah yang penting bagi tenaga nuklir dan senjata nuklir di wilayahnya sendiri.

Setelah Israel menyerang Iran pada 13 Juni, prospek untuk negosiasi baru atas program Iran meredup. Konflik tersebut sekarang mengancam untuk menarik AS. Mengenai penilaian Gabbard bahwa Iran belum mengesahkan kembali program senjata nuklir yang dihentikannya pada awal 2000-an, Trump mengatakan, “Saya tidak peduli apa yang dia katakan. Saya pikir mereka sangat dekat untuk memiliki senjata.”

AS menyerang tiga lokasi nuklir Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan. Sementara Trump menggembar-gemborkan serangan itu sangat berhasil, status program nuklir Iran masih belum jelas. Beberapa ahli percaya tindakan AS mungkin memacu Iran untuk diam-diam menciptakan senjata nuklir secepat mungkin.

Sebagai catatan, situasi ini berkembang dan Bulletin of the Atomic Scientists akan memperbarui timeline ini. Agustus 2002

Juli 1968

Agustus 2002

Oktober 2003

September 2009

Juni 2010

September 2015

Mei 2018

Januari 2020

Februari 2021

Oktober 2023

Maret 2025

Juni 2025

21 Juni 2025