Pesawat Pengebom B-2 Dilengkapi dengan Toilet dan Microwave untuk Perjalanan Panjang

Posted on

Pesawat pengebom siluman B-2 yang digunakan untuk menyerang situs pengayaan nuklir Fordow dan lainnya di Iran, dilengkapi dengan toilet, microwave, dan biasanya juga perangkat pendingin untuk makanan ringan. Itu agar para pilotnya merasa lebih nyaman dalam perjalanan sangat panjang.

Pesawat dengan dua kru tersebut lepas landas dari Missouri, terbang di atas Eropa Selatan, melewati dekat Sisilia, dan menjatuhkan muatan bom penghancur bunker GBU-57 yang kuat ke Iran. Total penerbangannya dilaporkan sekitar 37 jam.

Armada pesawat pengebom yang awalnya dirancang untuk menjatuhkan bom nuklir di Uni Soviet itu, lepas landas dari Pangkalan Angkatan Udara Whiteman pada hari Jumat. Untuk terbang non stop, B-2 mengisi bahan bakar beberapa kali di udara.

Agar perjalanan yang begitu jauh dapat ditanggung, B-2 memiliki kokpit yang dilengkapi dengan lemari es mini dan oven microwave untuk menjaga kru tetap kenyang.

Dan seperti pesawat apa pun untuk penerbangan jarak jauh, B-2 Spirit juga memiliki toilet. Dikutip infoINET dari NY Post, ada juga cukup ruang bagi satu pilot untuk berbaring dan beristirahat sementara yang lain menerbangkan jet.

B-2 pertama kali beroperasi pada tahun 1997, dan masing-masing menghabiskan biaya lebih dari USD 2 miliar. Angkatan Udara AS memiliki armadanya sebanyak 19 unit, setelah kehilangan satu dalam kecelakaan pada tahun 2008.

Dengan lebar sayap 52 meter dan awak dua pilot, B-2 mengandalkan otomatisasi untuk membantu menyelesaikan penerbangan jarak jauh. Tujuh pembom B-2 yang dikerahkan untuk Operasi Midnight Hammer terbang dengan dua awak di mana mereka bergantian tidur selama malam yang menegangkan.

37 jam yang dihabiskan untuk menyerang Fordow menandai misi pembom B-2 terpanjang sejak serangan awal Amerika di Afghanistan setelah serangan 11 September 2001.

Pilot untuk jenis pesawat ini dilatih untuk bertahan dalam penerbangan panjang dan melelahkan. Pembom siluman tidak menghabiskan seluruh misi sendirian. Armada jet tempur dan pesawat pendukung kabarnya dikerahkan untuk bertemu dengan B-2 saat mereka mendekati Iran.

“B-2 terhubung dengan pesawat pengawal dan pendukung dalam manuver rumit dan tepat waktu yang membutuhkan sinkronisasi yang tepat di berbagai platform di wilayah udara yang sempit, semuanya dilakukan dengan komunikasi minimal,” klaim Letnan Jenderal Daniel Caine, pimpinan Kepala Staf Gabungan AS.