Di tengah gelombang besar pengembangan kecerdasan buatan global, hadir sebuah inovasi dari Indonesia yang mengusung semangat personalisasi: Monpai.id.
Bukan sekadar chatbot, Monpai.id adalah platform AI assistant yang dapat dilatih dan disesuaikan dengan kebutuhan serta karakteristik pengguna. Chatbot ini dijanjikan memberikan cara baru berinteraksi dengan AI, bukan sekadar alat serba tahu, namun bisa jadi mitra kerja yang peka dan kontekstual.
Pembuatan Monpai.id didasari oleh banyak AI yang tak mengenali konteks lokal ataupun preferensi personal, juga terlalu kaku dalam merespon. Monpai.id dijanjikan bisa dilatih secara spesifik dan menyatu dengan identitas pengguna.
“Kami percaya masa depan AI bukan yang tahu segalanya, tapi yang tahu siapa kamu,” ujar Muhammad Muchlas Rowi, inisiator Monpai.id, dalam keterangan yang diterima infoINET.
Lulusan filsafat UGM ini mulai mendalami kecerdasan buatan secara serius setelah menghadiri Konferensi AI Dunia di Las Vegas pada 2024, di mana ia mendengar langsung peringatan Geoffrey Hinton tentang potensi ancaman AI yang tak terkendali.
Sejak itu, Muchlas tergerak untuk membangun AI yang tidak hanya cerdas secara teknis, tetapi juga peka secara etis. Ia meyakini bahwa personalisasi adalah masa depan AI, dan Monpai.id adalah langkah konkret untuk mewujudkan itu di Indonesia.
“AI masa depan bukan cuma soal kecerdasan, tapi juga kepekaan. Lewat Monpai.id, saya ingin membuktikan bahwa teknologi bisa dibentuk sesuai nilai dan karakter manusia Indonesia,” tegasnya.
Monpai.id didukung oleh teknologi terdepan. Platform ini terintegrasi dengan sejumlah large language model (LLM) ternama seperti GPT-4, Gemini, dan Anthropic Claude, memungkinkan pengguna memilih model yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka.
Menurut Muchlas, Monpai.id tidak berhenti di ranah teks, tapi juga mampu menganalisis dokumen dan gambar, memproses voice message, serta merespons dalam berbagai bentuk interaksi.
“Fitur ini menjadikan Monpai bukan hanya sebagai asisten digital biasa, melainkan co-worker digital yang multifungsi. Chatbot ini tidak hanya menjawab pertanyaan, tetapi belajar dari interaksi dan preferensi penggunanya. Keunggulan personalisasi ini memberi pengalaman yang jauh lebih relevan dibandingkan AI generik,” tambahnya.
Keunggulan lain Monpai.id, menurut Muchlas, adalah fleksibilitas integrasinya. Ia bisa ditanamkan di berbagai platform, mulai dari portal website, media sosial, hingga WhatsApp, menjadikan pengalaman interaksi dengan AI lebih natural dan mudah diakses oleh berbagai lapisan pengguna.
“Platform ini juga menyasar penggunaan di sektor layanan pelanggan, pendidikan, hingga lembaga pemerintahan. Dengan fitur chatbot yang bisa dibentuk sesuai karakteristik tugas, pengguna bisa menciptakan asisten khusus seperti “TanyaHukumAI,” “TanyaKangUstadz,” “AsistenGuruIPA,” atau “CS Klinik Digital,” jelasnya.
Salah satu fitur unggulan Monpai.id adalah kemampuannya dalam mengelola dan memahami dataset spesifik. Pengguna dapat mengunggah dokumen dalam bentuk Word, PDF, atau bahkan menyematkan tautan situs web sebagai sumber pelatihan bagi AI mereka. Fitur ini memungkinkan AI untuk bekerja berdasarkan data institusional yang spesifik, termasuk untuk memahami dokumen regulasi, kebijakan organisasi, atau materi pelajaran tertentu.
Bagi dunia hukum, pendidikan, atau sektor pelayanan publik, fitur ini membuka jalan baru: AI yang bisa memahami konteks lokal dan konten profesional dengan akurat.
Kafena itu, kata Muchlas, Monpai.id dirancang untuk menjangkau berbagai kalangan pengguna dengan kebutuhan yang beragam. Dalam dunia profesional, Monpai diharapkan menjadi asisten pribadi digital yang membantu mengelola jadwal, merespons pesan, hingga menyusun dokumen penting. Untuk pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) maupun startup, Monpai bisa dimanfaatkan sebagai layanan pelanggan otomatis yang aktif 24 jam, menjawab pertanyaan pelanggan tanpa jeda.
“Di dunia pendidikan, Monpai.id dapat menjadi mitra bagi guru dan tenaga pendidik, berfungsi sebagai asisten mengajar yang memahami kurikulum dan dapat memberi respon cerdas terhadap pertanyaan siswa,” ujarnya.
Hingga saat ini, menurut Muchlas, pengembangan Monpai.id masih fokus pada fitur-fitur yang dibutuhkan oleh kalangan terbatas, terutama mereka yang memiliki kebutuhan spesifik dalam bidang layanan pelanggan, pengajaran, serta manajemen dokumen dan data regulatif.
Fokus ini memungkinkan tim pengembang untuk mengasah ketepatan fungsionalitas dan memperdalam personalisasi, sebelum memperluas ke segmen pengguna yang lebih umum.
Ke depan kelebihan Monpai.id tidak hanya terletak pada fleksibilitas dan aksesibilitasnya, tetapi juga pada arah idealismenya-mengembangkan model AI lokal yang berakar pada kebutuhan nasional. Dan arah ini telah disiapkan, dengan mengembangkan Mon Academy, flatform belajar Koding dan AI.
Karena itu, Muchlas berharap, Indonesia suatu saat dapat memiliki ChatGPT-nya sendiri, seperti langkah strategis yang dilakukan Singapura dalam membangun Large Language Model (LLM) berbasis bahasa dan budaya mereka.
“Dengan infrastruktur, data, dan kemauan politik yang tepat, Indonesia memiliki potensi besar menjadi rumah bagi AI yang tidak hanya pintar, tetapi juga relevan secara lokal dan etis secara global,” tutupnya.