Sudah mengetik panjang di chat dan berharap respons, tahunya cuma dijawab ‘Oke’. Sadar tidak sih dengan efek psikologisnya?
Mungkin ini situasi yang pernah Anda hadapi saat memakai aplikasi perpesanan seperti WhatsApp, Telegram dan lain-lain. Kita berharap respons yang lebih dari orang yang kita ajak berkomunikasi baik itu teman, pacar, kolega, eh ternyata jawabannya begitu doang. “Oke…”
Rasanya kesal ya pasti kalau dapat respons yang seperti malas-malasan. Tapi pernahkah kita coba memahaminya dari sisi psikologi?
Dilansir dari media gaya hidup Inggris, Stylist, Senin (23/6/2025) Lauren Geall mewawancara beberapa orang memang punya kebiasaan membalas pesan di WhatsApp dll dengan cara yang buruk. Mereka disebut sebagai ‘Bad Replier’.
Bad Replier bukan cuma perkara jawab ‘Oke’. Ada juga urusan membalas chat sangat lama, atau merespons ‘Maaf, baru baca’ atau ‘Maaf, baru sempat balas’. Jangan buru-buru menghakimi negatif ya.
Secara psikologi ternyata ada beberapa sebab seseorang menjawab pesan dengan buruk. Pertama, unconscious behaviour atau perilaku yang tidak disadari. Bisa jadi lawan bicara kita orang yang baik, ramah, terbuka dst. Namun dia punya perilaku tidak disadari begitu melakukan aktivitas menjawab pesan di aplikasi, dia menjawab dengan buruk. Meskipun maksudnya tidak begitu.
Kedua, faktor social anxiety. Editor dan penulis Kayleigh Dray yang juga seorang Bad Replier, mengaku dirinya mengaku memiliki social anxiety. Dia membaca pesan di WhatsApp lalu merasakan kecemasan dan akhirnya tidak membalas atau membalas dengan cara yang buruk.
Di sisi sebaliknya, lawan bicara yang hanya diberi jawaban ‘Oke’ atau jawaban seadanya lainnya, bisa jadi salah paham, berprasangka buruk atau bahkan marah. Akhirnya terjadi miskomunikasi.
Dr Elena Touroni, pendiri My Online Therapy mengatakan kesibukan seseorang dan kewalahan menerima banyak pesan bisa memicu perasaan cemas. Perasaan yang membuat seseorang hanya ingin merespons pesan pada waktu yang dia inginkan atau dengan kata-kata yang sederhana.
Lantas bagaimana cara menjadi Good Replier? Dr Touroni mengatakan yang pertama mencari motivasi untuk terkoneksi dengan orang lain. Semua orang punya niat baik dan ingat selalu pada niat baik ketika berkomunikasi dengan orang lain.
Yang kedua, memahami bahwa merasa cemas itu adalah wajar. Tidak semua orang sanggup menghadapi banyak komunikasi di aplikasi perpesanan dalam satu waktu. Inilah yang disebut sebagai perilaku digital atau digital behaviour.
Ke depannya, berhentilah meminta maaf setiap membalas pesan. Mulailah menjawab pesan dengan motivasi dan niat baik yang lebih, sehingga Anda bisa menuangkan lebih banyak kata daripada sebatas ‘Oke’.