Ular raksasa yang dulu hanya hidup dalam legenda, kini muncul sebagai ancaman nyata di jantung Amazon. Anaconda, spesies ular terbesar di dunia, dilaporkan mulai memangsa ternak milik warga-dari ayam hingga babi-dan menciptakan ketegangan baru di antara manusia dan alam.
Di tengah ekosistem unik wilayah várzea, daerah rawa banjir musiman di Amazon Hilir, hubungan antara manusia dan anaconda tidak sekadar soal predator dan mangsa. Ular ini telah lama dianggap makhluk mistis, sosok mitologis dengan kekuatan supranatural, dan simbol penting dalam budaya masyarakat lokal. Namun kini, makna itu bergeser drastis.
Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Frontiers in Amphibian and Reptile Science oleh Dr. Beatriz Cosendey dan Profesor Juarez Carlos Brito Pezzuti dari Brasil menyoroti bagaimana persepsi masyarakat terhadap anaconda berubah dari makhluk mistis yang ditakuti menjadi ancaman ekonomi yang nyata.
Perjalanan Dr. Cosendey ke bidang etnobiologi, sebuah disiplin ilmu yang menggabungkan ekologi, konservasi, dan pengetahuan adat, dimulai dari ketertarikannya untuk menyatukan kembali sains dengan masyarakat. Ia percaya bahwa konservasi akan lebih efektif jika masyarakat setempat dilibatkan sebagai mitra, bukan hanya subjek penelitian.
“Konservasi akan lebih efektif jika masyarakat setempat dilibatkan sebagai mitra, bukan sebagai subjek penelitian. Individu akan lebih berkomitmen dan terlibat jika mereka menganggap diri mereka sebagai rekan pencipta penelitian,” ungkap Dr. Cosendey seperti dikutip dari IndiaTimes.
Etnobiologi, seperti yang dijelaskan oleh Dr. Cosendey, bukan sekadar studi tentang biologi tumbuhan dan hewan. Bidang ini mempelajari bagaimana masyarakat lokal memengaruhi keanekaragaman hayati di tempat tinggal mereka. Bagi masyarakat di tepi sungai Amazon, pengetahuan ini diwariskan secara turun-temurun, memungkinkan mereka melihat perubahan lingkungan sejak dini dan mendorong praktik konservasi yang baik.
Meskipun penampakan anaconda besar lebih sedikit dilaporkan, legenda itu tetap ada. Namun, perilaku ular-ular ini perlahan bergeser dari masalah spiritual ke masalah sekuler, terutama yang berkaitan dengan ternak. Sekarang, anaconda lebih cenderung dilihat bukan sebagai mitos tetapi sebagai ancaman ekonomi.
“Ayam adalah hidangan favoritnya. Jika ada yang berkokok, dia akan datang,” kata seorang penduduk. Hal ini menggambarkan sejauh mana konflik tersebut telah terjerat dengan mata pencarian penduduk setempat.
Kehilangan babi atau ayam akibat anaconda bukan hanya menjengkelkan, tetapi juga mahal. “Anda memelihara ayam – Anda tidak bisa membiarkannya dimakan begitu saja,” lanjut warga lainnya. Beberapa warga bahkan harus membangun kembali kandang berulang kali atau membunuh ular untuk menyelamatkan burung yang tertelan sebagian. Ketegangan antara hidup dan bertahan hidup ini menunjukkan bagaimana keadaan praktis mengaburkan rasa hormat tradisional terhadap anaconda.
Penelitian tidak hanya berhenti pada pendokumentasian cerita. Peneliti bekerja sama dengan warga untuk memetakan pendekatan yang berhasil dalam menjaga keamanan ternak. Mereka mengamati kandang kawat dan jaring nilon, beberapa di antaranya berhasil, yang lainnya tidak.
Mereka akhirnya menemukan solusi berdasarkan pengalaman lokal ini: dua lembar jaring nilon tipis di permukaan dalam dan luar jaring kawat untuk mencegah masuknya hewan kecil dan besar.
Upaya kolaboratif ini merupakan contoh kekuatan konservasi berbasis masyarakat, di mana pengalaman memberi makan ilmu pengetahuan dan perhatian terhadap masalah dunia nyata.
Meskipun merupakan ilmu yang mapan, etnobiologi masih belum sepenuhnya dipercaya di beberapa lingkungan akademis. Para kritikus berpendapat bahwa etnobiologi tidak dapat mempertahankan pengumpulan data yang ketat seperti yang dilakukan oleh “ilmu-ilmu pasti.”
Namun, Dr. Cosendey menjelaskan bahwa etnobiologi menggunakan prosedur ilmiah yang telah teruji dan menghasilkan hasil yang kuat, terutama dalam konteks ekologi dan sosial yang kompleks.
Dr. Cosendey merasa bahwa masa depan konservasi bergantung pada keterlibatan masyarakat. Ia mendukung proyek-proyek yang melibatkan masyarakat lokal bukan sebagai penerima pasif, tetapi sebagai peserta aktif. Pengetahuan adat mereka dapat digunakan untuk memandu perencanaan lingkungan dan terbukti sangat berharga di wilayah-wilayah yang rentan terhadap penurunan keanekaragaman hayati.
Ia juga menekankan perlunya mendokumentasikan dan menghargai tradisi budaya, seperti penggunaan pengobatan alami, di mana dapat ditemukan solusi berkelanjutan yang dapat dibagikan dengan bagian lain dunia.
Bagaimana menurut Anda, bisakah pendekatan etnobiologi menjadi kunci untuk menyelesaikan konflik antara manusia dan satwa liar, terutama di daerah-daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi seperti Amazon?
Dari Legenda Menjadi Momok Ekonomi
Mencari Solusi dari Pengalaman Warga
Kesalahpahaman tentang Etnobiologi
Meskipun penampakan anaconda besar lebih sedikit dilaporkan, legenda itu tetap ada. Namun, perilaku ular-ular ini perlahan bergeser dari masalah spiritual ke masalah sekuler, terutama yang berkaitan dengan ternak. Sekarang, anaconda lebih cenderung dilihat bukan sebagai mitos tetapi sebagai ancaman ekonomi.
“Ayam adalah hidangan favoritnya. Jika ada yang berkokok, dia akan datang,” kata seorang penduduk. Hal ini menggambarkan sejauh mana konflik tersebut telah terjerat dengan mata pencarian penduduk setempat.
Kehilangan babi atau ayam akibat anaconda bukan hanya menjengkelkan, tetapi juga mahal. “Anda memelihara ayam – Anda tidak bisa membiarkannya dimakan begitu saja,” lanjut warga lainnya. Beberapa warga bahkan harus membangun kembali kandang berulang kali atau membunuh ular untuk menyelamatkan burung yang tertelan sebagian. Ketegangan antara hidup dan bertahan hidup ini menunjukkan bagaimana keadaan praktis mengaburkan rasa hormat tradisional terhadap anaconda.
Penelitian tidak hanya berhenti pada pendokumentasian cerita. Peneliti bekerja sama dengan warga untuk memetakan pendekatan yang berhasil dalam menjaga keamanan ternak. Mereka mengamati kandang kawat dan jaring nilon, beberapa di antaranya berhasil, yang lainnya tidak.
Mereka akhirnya menemukan solusi berdasarkan pengalaman lokal ini: dua lembar jaring nilon tipis di permukaan dalam dan luar jaring kawat untuk mencegah masuknya hewan kecil dan besar.
Upaya kolaboratif ini merupakan contoh kekuatan konservasi berbasis masyarakat, di mana pengalaman memberi makan ilmu pengetahuan dan perhatian terhadap masalah dunia nyata.
Mencari Solusi dari Pengalaman Warga
Meskipun merupakan ilmu yang mapan, etnobiologi masih belum sepenuhnya dipercaya di beberapa lingkungan akademis. Para kritikus berpendapat bahwa etnobiologi tidak dapat mempertahankan pengumpulan data yang ketat seperti yang dilakukan oleh “ilmu-ilmu pasti.”
Namun, Dr. Cosendey menjelaskan bahwa etnobiologi menggunakan prosedur ilmiah yang telah teruji dan menghasilkan hasil yang kuat, terutama dalam konteks ekologi dan sosial yang kompleks.
Dr. Cosendey merasa bahwa masa depan konservasi bergantung pada keterlibatan masyarakat. Ia mendukung proyek-proyek yang melibatkan masyarakat lokal bukan sebagai penerima pasif, tetapi sebagai peserta aktif. Pengetahuan adat mereka dapat digunakan untuk memandu perencanaan lingkungan dan terbukti sangat berharga di wilayah-wilayah yang rentan terhadap penurunan keanekaragaman hayati.
Ia juga menekankan perlunya mendokumentasikan dan menghargai tradisi budaya, seperti penggunaan pengobatan alami, di mana dapat ditemukan solusi berkelanjutan yang dapat dibagikan dengan bagian lain dunia.
Bagaimana menurut Anda, bisakah pendekatan etnobiologi menjadi kunci untuk menyelesaikan konflik antara manusia dan satwa liar, terutama di daerah-daerah dengan keanekaragaman hayati tinggi seperti Amazon?