Menkomdigi: Transformasi Digital Tak Mungkin Terjadi Tanpa Konektivitas

Posted on

Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus membangun infrastruktur telekomunikasi guna memperluas akses layanan hingga literasi digital masyarakat. Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menilai transformasi digital ini tidak akan terjadi tanpa konektivitas internet yang baik.

“Transformasi digital tidak mungkin terjadi tanpa konektivitas yang baik. Presiden Prabowo Subianto dalam visi besarnya, juga menegaskan bahwa layanan-layanan publik akan dilakukan secara digital. Dan karena itu, kita perlu mempersiapkan sampai ke pelosok hingga pos di perbatasan untuk bisa terkoneksi,” kata Meutya, dikutip Minggu (15/6/2025).

Pernyataan itu terucap ketika Meutya menyapa langsung siswa SD Inpres 9 Halmahera Barat melalui sambungan internet dari program Bakti Aksi. Kehadiran konektivitas digital ini menandai perluasan pembangunan BTS Universal Service Obligation (USO) di wilayah 3T, termasuk Maluku, Maluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur.

Nantinya seiring dibangun infrastruktur telekomunikasi di daerah, lanjut Meutya, literasi digital juga digencarkan. Hal ini untuk memberi edukasi kepada masyarakat terkait pemanfaatan internet yang tepat, baik, dan benar.

Meutya juga meminta masyarakat di wilayah pelosok Tanah Air untuk meningkatkan pemahaman akan internet. Hal ini seiring dengan mulai masuknya jaringan konektivitas di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan (3T)

“Di luar media sosial banyak situs-situs yang baik, situs pendidikan, yang membagikan banyak pencerahan-pencerahan. Jadi, tidak hanya cuma media sosial, tetapi juga membaca berita supaya tahu program-program baik pemerintah pusat atau pemerintah daerah,” ujar Meutya.

Berdasarkan data hingga 10 Juni 2025, Direktur Utama Bakti Komdigi Fadhilah Mathar mengungkapkan ada pencapaian signifikan dalam upaya pemerataan akses digital di seluruh Tanah Air. Laporan tersebut disampaikan kepada Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid dalam kegiatan monitoring konektivitas digital secara daring.

“Melalui kerja keras dan kolaborasi berbagai sektor, total sebanyak 27.858 lokasi layanan publik dengan kapasitas (satelit) Satria-1 dan 6.747 desa kini telah terlayani akses internet dan sinyal seluler,” ujar Fadhilah.

Adapun Bakti menjalin kerja sama dengan Telkomsat untuk memanfaatkan Satelit Merah Putih milik perusahaan plat merah tersebut guna meningkatkan kecepatan internet di base transceiver station (BTS) universal service obligation (USO) yang telah dibangun oleh Bakti di daerah pelosok.

Sebagai informasi, pembangunan jaringan internet di wilayah 3T sepenuhnya dibiayai dari sumber Universal Service Obligation (USO), yaitu berupa pungutan 1,25% dari pendapatan kotor operator telekomunikasi yang dikelola secara transparan oleh Bakti. Kemudian dana tersebut dialokasikan guna pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah 3T non-komersial sehingga dengan harapan akses internet di Indonesia merata

Pemerintah melalui program BTS USO terus berkomitmen memperluas akses internet hingga pelosok Nusantara demi mendorong pemerataan ekonomi, peningkatan kualitas pendidikan, serta transformasi pelayanan publik berbasis digital.