Boeing 787 Dreamliner tak pernah kecelakaan besar sejak debut di 2011, sebelum insiden fatal Air India. Pesawat penumpang berbadan lebar ini membawa berbagai terobosan di dunia penerbangan dan laris manis, dengan lebih dari 1.100 unit dikirim ke berbagai maskapai.
“Dreamliner adalah terobosan besar dalam desain pesawat. Misalnya, ia pesawat pertama Boeing dengan lebih dari 50% material komposit di struktur, merujuk terutama pada karbon fiber,” cetus Profesor Ali Elham, pakar penerbangan University of Southampton.
“Karbon fiber ini mengganti bagian dari struktur yang di pesawat sebelumnya terbuat dari alumunium. Hal ini berkontribusi pada penurunan besar dalam berat pesawat,” paparnya.
Inovasi lain membuatnya sangat berbeda dari versi 747 dan 767 sebelumnya. Kombinasi mesin baru, aerodinamika lebih baik, dan pengurangan bobot signifikan, menghasilkan pengurangan konsumsi bahan bakar dan emisi karbon signifikan. Fitur lain adalah elektrifikasi pesawat yang sangat meningkat, dengan lebih banyak penggunaan baterai untuk sistem tenaga.
Berbagai teori pun mengemuka mengenai penyebab kecelakaan fatal Air India dengan hanya satu korban selamat. Elham mengatakan masih terlalu dini untuk membahasnya.
“Namun secara umum, ketika Anda menyelidiki kecelakaan udara, kecelakaan itu sering kali melibatkan serangkaian masalah. Satu hal terjadi, lalu sejumlah kejadian mengikutinya. Jadi, mungkin penyebabnya bukan satu hal,” cetusnya yang dikutip infoINET dari The Conversation.
Kecelakaan Air India itu terjadi tak lama setelah lepas landas. Nah, fase lepas landas dan pendaratan umumnya dianggap sebagai momen paling kritis dalam proses penerbangan. Ini karena pesawat lebih dekat ke tanah, dengan lebih sedikit waktu dan ketinggian jika ada masalah teknis atau terjadi perubahan mendadak.