Pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus membangun infrastruktur telekomunikasi di wilayah 3T (tertinggal, terdepan, dan terluar) sebagai upaya pemerataan akses internet. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Komidigi terus tancap gas memperluas konektivitas digital, kali ini menggandeng PT Telkom Satelit Indonesia (Telkomsat).
Tak hanya mengaliri akses internet, Desa Kalali yang berada di Kecamatan Fatuleu Barat, Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur, merasakan peningkatan kapasitas internet dari semula 4 Mbps kini koneksinya menjadi 8 Mbps.
Bakti menjalin kerja sama dengan Telkomsat untuk memanfaatkan Satelit Merah Putih milih perusahaan plat merah tersebut guna meningkatkan kecepatan internet di base transceiver station (BTS) universal service obligation (USO) yang telah dibangun oleh Bakti di daerah pelosok.
“Lokasi yang terhubung dengan pertemuan kita adalah lokasi penyediaan sinyal seluler 4G yang sejak Februari 2025 kapasitasnya telah kita memigrasikan menggunakan kapasitas nasional, yaitu Satelit Merah Putih dari Telkomsat,” ujar Direktur Utama Bakti Komdigi Fadhilah Mathar, Kamis (12/6/2025).
Tak hanya kapasitas internet yang semakin besar dari sebelumnya, Dirut Bakti Komdigi mengatakan dampak kebijakan pemerintah ini juga akan membuat masyarakat yang mengakses layanan tersebut berjalan dengan optimal.
“Berbeda dari sebelumnya, kapasitas ini didedikasikan khusus di setiap site sebesar 8 Mbps, sehingga ketersediaan kapasitas untuk setiap BTS menjadi lebih terjamin. Hal ini juga berpengaruh pada peningkatan performa yang kita bisa lihat dari radio, para pemancar radio seperti latensi dan penerunan packed loss,” tuturnya.
Pada kesempatan ini, Bakti Komdigi memaparkan data terbaru hingga 10 Juni 2025, di mana akses internet telah mengalir ke 27.858 lokasi layanan publik di seluruh Indonesia. Tak hanya itu, akses internet dan sinyal seluler 4G juga sudah menjangkau 6.747 desa berkat sinergi dengan berbagai pihak, termasuk Telkomsat sebagai penyedia backhaul satelit.
Sebagai informasi bahwa pembangunan jaringan internet di wilayah 3T sepenuhnya dibiayai dari sumber Universal Service Obligation (USO), yaitu berupa pungutan 1,25% dari pendapatan kotor operator telekomunikasi yang dikelola secara transparan oleh Bakti. Kemudian dana tersebut dialokasikan guna pembangunan infrastruktur telekomunikasi di daerah 3T non-komersial sehingga dengan harapan akses internet di Indonesia merata.
“Untuk Maluku Utara dan NTT, sebagai wilayah uji ketahanan layanan, kami sudah membangun 1.147 titik internet dan sinyal 4G di Maluku Utara, serta 1.658 titik di NTT. Separuh dari jumlah itu dibangun selama masa Kabinet Merah Putih di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto,” ungkap perempuan yang disapa Indah ini.
Sementara itu ditemui di waktu yang sama, Direktur Utama Telkomsat, Lukman Hakim Abd Rauf, mengatakan komitmennya dalam mendukung program BTS USO Bakti Komdigi, khususnya menghadirkan layanan internet di wilayah blankspot alias tidak ada sinyal internet.
“Kami siap melanjutkan kolaborasi dengan Bakti. Fokus kami adalah menghadirkan kualitas sinyal terbaik sekaligus menjaga efisiensi biaya, demi mendukung suksesnya program konektivitas nasional,” pungkasnya.