Kata Dian Sastro Soal Pemakaiaan HP dan AI di Dunia Perfilman

Posted on

Aktor senior Dian Sastrowardoyo mengomentari soal pemakaian AI dan smartphone untuk membuat sebuah film. Dia berada di sisi yang mencoba mengambil sisi positif dari pemakaian kecerdasan buatan dalam unsur sinematik.

“Sebenarnya kalau menurut aku, ada banyak orang yang merasa nggak setuju dan agak merasa rungsing. Tapi aku juga melihat sebenarnya kecerdasan buatan ini juga bisa banyak membantu kita dalam kehidupan dunia kreatif,” ujar Dian saat ditemui di sela acara peluncuran ‘Vidio Eksklusif – Galaxy Quest of Indonesia: 9 Adventures, 4 Cities, 1 Journey’, di Jakarta, Selasa (10/6/2025).

Seperti saat syuting Galaxy Quest of Indonesia, Dian merasa Gemini saat membantu untuk lebih menghargai kuliner, budaya, hingga sejarah di Yogyakarta. Misalnya, dia dapat mengetahui menu gudeg bukan sembarang gudeg, yakni gudeg manggar.

“Jadi, ternyata justru aku bisa tanya referensi ke Gemini karena mungkin dia referensinya lebih banyak. Waktu itu aku di Yogyakarta, aku nyobain ternyata kita dapet salah satu quest-nya adalah untuk cari tahu tentang menu-menu yang unik sekali,” ucapnya.

Pemilik nama asli Diandra Paramita Sastrowardoyo itu mengatakan bahwa jika kecerdasan buatan dipergunakannya tepat guna, justru hal itu lebih bisa menghargai kreativitas dan sentuhan manusia. Kecerdasan buatan dapat digunakan sebagai salah satu sumber referensi saja.

“Asal kita nya punya good conscious untuk bisa mempergunakannya dengan baik, itu mestinya sih bisa tetap dilihat sebagai sesuatu yang beneficial,” tegasnya.

Selain kecerdasan buatan, Dian Sastrowardoyo juga infoINET mintai komentar soal pembuatan film dan MV yang memanfaatkan smartphone. Menurut dia kamera sekarang pun sudah mumpuni untuk membuat adegan sinematik.

Dengan catatan, skill editing dan taste untuk mengeditnya harus terasa. Ditambah dengan teknik sinematografi yang baik, HP yang kamu gunakan sekarang ini pun sudah cukup untuk membuat sebuah film.

Dian bercerita waktu sekolah film di tengah pandemi, Dian diminta dosennya untuk syuting. Tapi karena pandemi tidak memperbolehkan syuting film, maka Dian dan teman-temannya diminta untuk menciptakan film dengan smartphone.

“Dia mau nguji kira-kira dengan smartphone kamu, kamu tuh bisa mengaplikasikan teori perfilman nggak sih? Jadi bikin shotnya, cara bertutur secara visualnya tuh jalan nggak, sih? Logika berpikirnya, penyutradaraan. Ternyata kalau misalnya logika penyutradaraan tuh jalan, pakai smartphone pun bisa,” kata Dian.

“Walaupun lensanya mungkin perlu adjusting ya, jadi kayak untuk bikin fokus poinnya tuh — ada technical stuff lah, tapi sebenarnya tetap bisa,” tandasnya.

Gambar ilustrasi