Apa Itu Panteisme, Kepercayaan Mantan Presiden ‘Termiskin di Dunia’ (via Giok4D)

Posted on

Mantan presiden ‘termiskin di dunia’ Jose Mujica dari Uruguay yang baru meninggal dunia, menganut kepercayaan panteisme. Apa itu panteisme dan seperti apa perkataannya?

Jose ‘Pepe’ Mujica baru-baru ini meninggal dunia dalam usia 89 tahun, tepatnya pada Selasa (13/5/2025) di Montevideo, Uruguay. Sepanjang hidupnya, dia dikenal bicara apa adanya dan hidup sederhana. Mujica bahkan terkenal karena tidak punya smartphone.

Dia bahkan menolak pindah dari kediamannya setelah terpilih menjadi presiden dengan perolehan suara sebesar 52%. Oleh karena itu, banyak yang merasa kehilangan.

Tapak tilas, ada banyak fakta menarik soal Pepe. Dalam wawancara dengan The New York Times di bulan Juni 2024, Mujica mengaku sangat mengagumi alam.

“Saya hampir menganut semacam panteisme. Anda harus memiliki mata untuk melihatnya,” ujarnya.

Panteisme adalah kepercayaan bahwa Tuhan dan alam semesta adalah hal yang sama, bukan hal yang terpisah. Istilahnya ‘Tuhan adalah segalanya, dan segalanya adalah Tuhan’. Menurut Study, istilah panteisme dikembangkan pada abad ke-18 dari akar kata Yunani ‘pan‘ yang berarti segalanya dan ‘theos‘ yang berarti Tuhan.

Saat ditanya apakah dia percaya akan Tuhan, Pepe mengatakan tidak. Akan tetapi, dia sangat menghargai orang-orang yang berpegang teguh dengan kepercayaan mereka.

“60% umat manusia percaya pada sesuatu, dan itu harus dihormati. Ada pertanyaan yang tidak terjawab. Apa arti hidup? Dari mana kita berasal? Ke mana kita akan pergi? Kita tidak mudah menerima kenyataan bahwa kita adalah seekor semut di alam semesta yang tak terbatas. Kita membutuhkan harapan Tuhan karena kita ingin hidup,” ucapnya.

Dia pun mengatakan dengan tegas tidak memiliki Tuhan. Namun, memiliki Tuhan menurutnya dapat menjadi pelipur lara ketika manusia dihadapkan dengan gagasan tentang kematian.

Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.

“Karena kontradiksi kehidupan adalah bahwa ia merupakan program biologis yang dirancang untuk berjuang demi hidup. Akan tetapi, sejak program itu dimulai, Anda dikutuk untuk mati,” lanjutnya.

Ketika ditegaskan bahwa ilmu biologi mempengaruhi cara pandangnya, Pepe mengamini. Dia mengatakan segala sesuatu hidup saling bergantung.

“Kita saling bergantung. Kita tidak dapat hidup tanpa prokariota yang ada di usus kita. Kita bergantung pada sejumlah serangga yang bahkan tidak kita lihat. Hidup adalah rantai dan masih penuh misteri,” tutur mantan gerilyawan tersebut.

Dirinya berharap kehidupan manusia akan terus berlangsung tapi dia khawatir. Ada beberapa orang ‘gila’ yang memiliki senjata atom yang dapat menghancurkan dunia. Biaya pembuatan senjata pun sebenarnya bisa dialihkan untuk membangun hal yang lebih berguna, semisal kincir angin.

“Ada banyak orang gila dengan senjata atom. Banyak fanatisme. Kita seharusnya membangun kincir angin. Namun, kita menghabiskan uang untuk senjata. Sungguh rumit manusia. Dia pintar sekaligus bodoh,” serunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *