Pertanyaan di Balik Rontoknya Rafale Ditembak Jet Tempur China

Posted on

India dan Pakistan menyepakati gencatan senjata setelah perang yang menegangkan. Salah satu yang masih banyak dibahas adalah laporan jet Rafale canggih asal Perancis dan dioperasikan Angkatan Udara India, dijatuhkan jet J-10C dari China yang dioperasikan Pakistan. Masih ada beberapa pertanyaan soal itu.

Jet J-10C pada dini hari 7 Mei terlibat laga untuk pertama kalinya, dalam pertempuran udara yang disebut terbesar sejak Perang Dunia II dalam hal jumlah jet yang terlibat.

Sebagai sekutu kuat Beijing, Pakistan satu-satunya negara selain China yang mengoperasikan J-10C, varian terbaru jet itu. Angkatan Udara Pakistan (PAF) mengklaim menjatuhkan lima jet tempur India, termasuk tiga Rafale yang sebelumnya belum pernah ditembak jatuh.

Angkatan Udara India (IAF) belum mengakuinya, meski pejabat AS dan Prancis mengonfirmasi jatuhnya Rafale yang dianggap salah satu pesawat generasi 4,5 tercanggih di dunia. Diakuisisi India tahun 2020-22, pesawat ini merupakan puncak persenjataan udara IAF.

Karena itu, kemenangan J-10C atas Rafale seperti yang diklaim Pakistan mengejutkan. J-10C disebut menembakkan rudal PL-15 China untuk merontokkan Rafale. Andreas Rupprecht, pakar dan penulis buku soal jet tempur China, mengatakan kejadian ini membuktikan persenjataan China tak bisa diremehkan.

“Itu (kemenangan J-10C) sebenarnya indikasi pertama bahwa sistem China memang modern. Beberapa orang di Barat juga di India mungkin menganggap ini mengejutkan, ternyata jet itu bukan sampah atau tiruan yang buruk,” katanya.

India mungkin melebih-lebihkan jet Rafale-nya atau meremehkan jet China. Mauro Gilli, peneliti di Center for Security Studies of the Swiss Federal Institute of Technology, mengatakan baru sedikit informasi publik dilontarkan tentang pertempuran itu sehingga tersisa beberapa pertanyaan.

Rafale jatuh mungkin karena berbagai alasan yang masih harus dipastikan. “Ada banyak hal yang belum kita ketahui. Jatuhnya Rafale mungkin karena kesalahan pilot, perencana misi, atau pihak lain,” katanya kepada TRT World.

Dikutip infoINET dari CNN, ada pakar lain menyebutkan hal yang sama. Jatuhnya Rafale bisa jadi lebih disebabkan taktik dan perencanaan yang buruk Angkatan Udara India.

“Jika laporan India kehilangan beberapa jet terbukti benar, itu akan menimbulkan pertanyaan serius tentang kesiapan IAF, bukan hanya platformnya. Rafale memang modern, tapi pertempuran adalah tentang integrasi, koordinasi, dan kemampuan bertahan hidup,” kata Singleton, analis di Foundation for Defense of Democracies.

Yang juga tidak diketahui adalah informasi intelijen apa yang dimiliki India tentang PL-15, rudal udara ke udara di jet tempur China. Misalnya, jika India yakin Pakistan hanya memiliki versi ekspor jarak pendek, jet India mungkin kurang waspada di daerah rentan. Padahal mungkin kenyataannya, Pakistan punya PL-15 versi jarak lebih jauh.

Aturan tertentu mungkin juga mencegah pilot India menembak terlebih dahulu atau membalas tembakan. Menurut Fabian Hoffman, peneliti pertahanan di Universitas Oslo, kesalahan penilaian India mungkin membuat persenjataan Pakistan tampak lebih efektif.

Di sisi lain, ahli juga menyebut serangan India berhasil mengenai beberapa target, menunjukkan rudalnya menembus pertahanan udara Pakistan yang dipersenjatai rudal China.

Apapun itu, jatuhnya Rafale oleh jet China tetap menghebohkan. “Dari sudut pandang China, ini pada dasarnya adalah sebuah iklan yang kuat,” kata Antony Wong Dong, pengamat militer di Makau.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *