Bisnis AI atau kecerdasan buatan di China semakin melesat. CEO Nvidia Jensen Huang pun mengatakan bahwa pasar AI di China kemungkinan akan mencapai sekitar USD 50 miliar dalam dua hingga tiga tahun ke depan.
Ia pun memperingatkan bahwa tidak mendapatkan akese ke pasar AI China akan menjadi kerugian yang sangat besar. Pria kelahiran Taiwan itu mengatakan bahwa bisnis AI dengan China akan mendatangkan pendapatan, pajak, dan menciptakan banyak lapangan kerja di Amerika Serikat.
“Kita hanya harus tetap gesit. Apapun kebijakan pemerintah, apa pun yang menjadi kepentingan terbaik negara kita, kami akan mendukungnya,” kata Huang seperti dikutip infoINET dari CNBC.
Nvidia adalah penyedia unit pemrosesan grafis (GPU) terkemuka, yang telah mendorong ledakan AI dan mengangkat kapitalisasi pasar perusahaan hingga hampir USD 3 triliun. Namun demikian, akses mereka ke pasar China semakin dibatasi oleh AS.
Bulan lalu, pemerintahan Donald Trump membatasi pengiriman chip H20 Nvidia ke China tanpa lisensi. Nvidia mengatakan akan kehilangan USD 5,5 miliar karena pembatasan tersebut, tanda bahwa pertumbuhan historis perusahaan dapat melambat karena ketegangan perdagangan AS-China.
Sebelumnya, Huang menyebut bahwa China tidak ketinggalan dalam AI dibanding AS dan bahwa Huawei adalah salah satu perusahaan teknologi paling tangguh di dunia. Mungkin Huang ingin agar AS sedikit melunak pada China.
Saham Nvidia turun sekitar 15% sepanjang tahun ini. Namun walaupun Nvidia masih berkembang jauh lebih cepat daripada rivalnya, pertumbuhannya diprediksi akan melambat.
“Saat ini, dunia sedang haus dan ingin terlibat dengan AI. Mari kita tunjukkan AI Amerika kepada semua orang sekarang juga,” sebut Huang.