Dalam dunia paleontologi, ada satu kasus temuan fosil dinosaurus yang menimbulkan kehebohan. Bahkan National Geographic tertipu oleh penemuan makhluk palsu yang ternyata adalah tipuan.
Hewan yang dimaksud adalah Archaeoraptor, dinosaurus yang diyakini sebagai makhluk yang menjadi jembatan antara dinosaurus dan burung, menjadikan semua kerabat dinosaurus yang masih hidup saat ini sebagai keturunan potensial.
Namun, Archaeoraptor tidak pernah hidup. Sebaliknya, temuan itu di kemudian hari diketahui sebagai hasil rekayasa beberapa penipu yang ingin menghasilkan uang, dengan menjual kisa tentang makhluk yang luar biasa. Sayangnya, makhluk itu tidak pernah berjalan di Bumi.
Semula, National Geographic mengira mereka akan menerbitkan edisi istimewa pada November 1999 dengan mengungkap spesies dinosaurus baru. Namun, apa yang seharusnya menjadi berita menghebohkan secara positif bagi National Geographic ternyata menjadi salah satu skandal terbesar yang pernah dialami oleh penerbitan ternama tersebut.
Pada November 1999, National Geographic mengungkap Archaeoraptor liaoningensis. Makhluk itu bersayap seperti burung dan berekor seperti dinosaurus kecil. Dengan penemuan fosil ini, diyakini bahwa jembatan antara burung dan dinosaurus akhirnya ditemukan. Namun, semuanya terlalu indah untuk menjadi kenyataan.
Ketika para ilmuwan mulai meragukan makhluk itu, penyelidikan menyeluruh dilakukan terhadap latar belakang Archaeoraptor liaoningensis. Apa yang ditemukan lebih aneh daripada yang pernah diduga.
Seperti dikutip dari National Geographic, ketika fosil itu diteliti lebih lanjut, diketahui bahwa fosil tersebut diselundupkan dari China. Namun, fosil itu bahkan bukan berasal dari satu hewan. Sebaliknya, 88 fosil yang berbeda direkatkan menjadi makhluk setengah burung dan setengah dinosaurus.
Dua fosil tersebut kemudian dipastikan berasal dari dua spesies dinosaurus baru, yaitu Microraptor dan Yanornis. Akan tetapi, hingga saat ini, masih belum jelas apakah kaki belakang makhluk palsu tersebut berasal dari satu hewan atau dibuat menggunakan fosil beberapa hewan.
Pada saat National Geographic memberitakan tentang Archaeoraptor, menurut Scientific American, fosil palsu yang berasal dari China tidak umum ditemukan. Meskipun saat ini diperkirakan demikian, beberapa dekade lalu, fosil, terutama yang masih terbungkus dalam batu, diyakini sebagai fosil asli.
Oleh karena itu, meskipun sekarang mudah untuk mengatakan bahwa National Geographic seharusnya melakukan uji tuntas lebih lanjut sebelum menerbitkan artikel tentang Archaeoraptor, mengingat ada ahli paleontologi yang juga tertipu dan bersedia melampirkan nama mereka pada penemuan itu, temuan itu tampak sah.
Saat ini, ada lebih banyak rintangan yang harus dilewati sebelum spesies baru diberi nama. Hal ini terutama berlaku untuk fosil hewan yang hidup puluhan ribu hingga jutaan tahun lalu. Lokasi tempat makhluk itu ditemukan perlu dieksplorasi, tulang-tulangnya diperiksa secara menyeluruh, dan beberapa tinjauan sejawat perlu dilalui sebelum publikasi yang layak akan menerbitkan temuannya.
Ratusan juta tahun yang lalu selama Era Mesozoikum ketika sebagian besar planet ini berada di bawah air, China tidak berada di sana. Selama masa ini, dinosaurus berkeliaran di wilayah tersebut. Ketika mereka punah, batuan sedimen yang sangat melimpah pada saat itu menjadi bahan yang sempurna untuk mengawetkan tulang dinosaurus sebagai fosil.
Hingga saat ini, China telah menghasilkan fosil lebih dari 57 spesies dinosaurus yang berbeda. Bukan hanya ahli paleontologi yang menemukan fosil tersebut. Sering kali, seseorang yang bekerja di lapanganlah yang menemukan fosil tersebut.
Mengingat besarnya uang yang dapat diperoleh dari penjualan fosil dinosaurus, saat ini banyak orang yang membawa fosil mereka keluar dari lokasi penemuannya, tanpa mengambil tindakan pencegahan yang tepat.
Bila hal ini terjadi, fosil akan sulit dikategorikan dan diidentifikasi dengan benar. Akibatnya, karena pialang yang sah tidak akan membeli fosil dari China, fosil tersebut berakhir di pasar gelap dan laku terjual hingga ribuan dolar dan dalam beberapa kasus, jutaan dolar, jika seluruh kerangkanya ditemukan.
Untuk mencegah hal ini terjadi, telah dibuat peraturan yang melarang membawa fosil keluar dari China tanpa izin atau menjual fosil untuk mendapatkan keuntungan. Namun, dengan begitu banyak kolektor yang ingin memiliki fosil dinosaurus, risikonya sepadan bagi banyak orang, mengingat penjualan fosil dinosaurus dapat mengubah arah hidup mereka selamanya.