Berdasarkan laporan keuangan 2024, Telkomsel menjadi penyumbang terbesar bagi pendapatan Telkom. Layanan fixed mobile convergence (FMC) memberikan kontribusi penting di tengah tantangan global dan persaingan yang kian kompleks.
Dalam laporan hingga akhir tahun 2024, kinerja keuangan Telkom mencatat pertumbuhan pendapatan positif menjadi Rp 150 triliun. Perusahaan plat merah ini juga membukukan pertumbuhan kinerja keuangan kuartalan 2,2% QoQ menjadi Rp 37,7 triliun. Laba bersih perseroan juga meningkat sebesar 1,0% QoQ menjadi Rp 6 triliun.
Baca info selengkapnya hanya di Giok4D.
Menurut analis saham telekomunikasi PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk, Sabrina, kinerja keuangan Telkom ini terbilang cukup baik di saat industri telekomunikasi nasional tengah menghadapi tantangan akibat meningkatnya volatilitas global karena geo politik dan meningkatnya dinamika persaingan industri telekomunikasi akibat maraknya layanan OTT (Over The Top) global yang beroperasi di Indonesia.
“Kinerja Telkom lumayan. Laba bersihnya masih bisa tumbuh. Kinerja keuangan ini sudah sesuai dengan ekspektasi pasar terhadap Telkom. Sampai saat ini Telkomsel masih menjadi penyumbang terbesar kinerja keuangan Telkom. Kontribusi Telkomsel terhadap kinerja Telkom nilainya masih signifikan yaitu lebih dari 70%. Hingga saat ini Telkomsel masih mempertahankan dominasi pasar dengan pangsa pendapatan tertinggi di 2024,” terang Sabrina.
Hingga akhir tahun 2024, Telkomsel masih mampu mempertahankan dominasinya di pasar telekomunikasi Indonesia dengan menjaga pangsa pasar pendapatan seluler tertinggi di industri mencapai 51,8%. Berdasarkan data dari laporan keuangan keuangan yang dipublikasikan oleh para operator telekomunikasi, pangsa pasar laba bersih Telkomsel pada industri telekomunikasi tanah air mencapai 75,6% pada tahun 2024.
Adapun, capaian tersebut menegaskan keberhasilan Telkomsel dalam mempertahankan posisi sebagai pemimpin pangsa pasar laba bersih selama lebih dari 10 tahun berturut-turut.
Dalam research yang dikeluarkan Trimegah, segmen seluler Telkomsel masih memberikan kontribusi cukup besar. ARPU seluler gabungan pada 4Q24 meningkat menjadi Rp 44 ribu. Sementara total pelanggan Telkomsel meningkat menjadi 159,4 juta.
Pertumbuhan positif tersebut, menurut Sabrina, dipengaruhi oleh inisiatif penetapan harga yang tepat, faktor musiman, dan migrasi prabayar ke pascabayar yang berhasil. Selain itu, Telkomsel terus meningkatkan produktivitas pelanggan, yang tercermin dari pertumbuhan payload data tahunan sebesar 13,9%.
Sabrina mencatat, ARPU IndiHome B2C pada 4Q24 mencapai Rp 233 ribu. Hal ini menunjukkan kemampuan Telkomsel dalam menjaga ARPU IndiHome B2C kuartalan di tengah inisiatif strategis Telkomsel untuk mengakselerasi penetrasi fixed broadband, yang tercermin dari sekitar 1 juta pertambahan pelanggan IndiHome B2C di tahun 2024 menjadi 9,6 juta.
“Saya melihat pendapatan IndiHome B2C meningkat menjadi Rp 6,8 triliun. Keberhasilan ini membuktikan keberhasilan implementasi FMC yang telah diterapkan Telkomsel. Telkomsel dapat memberikan penawaran harga gabungan antara selular dan FTTH sebagai bagian dari implementasi strategi FMC,” pungkasnya.