Seorang pakar bernama Karen Chin sudah sering terjun ke situs penggalian dinosaurus. Salah satu pengalaman paling menariknya adalah awal mula kariernya, ketika dia menggali situs di Montana bersama ahli paleontologi Jack Horner.
Di sana, dia diminta untuk mengiris tipis bagian dari fosil kerangka untuk dianalisis di bawah mikroskop. Tapi ada yang lebih menarik menurutnya, seonggoh feses dinosaurus yang sudah mengeras. Dia pun mengajukan untuk menganalisis feses tersebut.
“Ketika saya melihat melalui mikroskop, saya dapat melihat sel-sel tumbuhan yang ditelan 75 juta tahun lalu oleh seekor dinosaurus. Dan itu membuat saya tercengang karena saya berpikir, ‘Wah, beginilah cara Anda dapat mempelajari tentang interaksi antara dinosaurus dan tumbuhan serta organisme lain’,” ujarnya.
Melansir NPR, Chin kemudian berkembang menjadi salah satu pakar di bidang feses dinosaurus. Dia bahkan telah menelurkan buku anak-anak berjudul ‘The Clues are in the Poo’.
Ketika NPR berkunjung ke kantor Chin, mereka menemukan banyak feses dinosaurus yang telah mengering. Mereka berada di kotak-kotak kecil yang menutupi setiap permukaan dan memenuhi rak, lemari, dan laci.
“Mereka tampak seperti batu hitam. Bentuknya tidak seperti sosis seperti yang Anda harapkan dari kotoran fosil. Bentuknya agak bersudut,” ucapnya.
Mengenai ukuran kotoran dinosaurus, China mengaku menemukan tumpukan terbesar yang beratnya enam liter. Itu berarti sedikit lebih kecil dari bola basket.
“Ketika saya menonton film itu, saya pikir itu agak lucu. Tetapi sebenarnya masuk akal karena jika Anda memiliki dinosaurus di kebun binatang, mereka akan menghasilkan begitu banyak kotoran. Dan apa yang akan dilakukan penjaga kebun binatang dengan kotoran itu selain menumpuknya di satu tempat, sehingga seseorang dapat mengangkutnya nanti?” katanya.
Dari feses, Chin banyak mengungkap rahasia para dinosaurus. Misalnya tyrannosaurus, dari pengamatannya, Chin menyimpulkan dino itu melahap mangsanya, utuh dengan tulang-tulangnya.
“Seekor tyrannosaurus akan memiliki tengkorak sepanjang sekitar tiga kaki. Mereka tidak dapat mengunyah dengan benar, jadi mereka akan meraih dan menelannya,” jabarnya.
Salah satu penemuan favoritnya berasal dari penemuan sejumlah besar kayu yang dicerna dalam kotoran dinosaurus herbivora. Hal itu membingungkan karena herbivora masa kini tidak dapat mencerna kayu karena tidak mampu memecah zat seperti lem yang kuat yang disebut lignin yang menyatukan sel-sel kayu.
Namun, Chin jelas melihat kayu yang terurai dalam kotoran dinosaurus pemakan tumbuhan, bersama dengan, anehnya, cangkang krustasea. Jadi dia berkesimpulan bahwa mungkin dinosaurus herbivora memakan kayu yang sudah membusuk, bukan kayu baru.
“Jamur pelapuk putih sebenarnya dapat menghancurkan lignin, dan jika mereka melakukannya, itu meningkatkan daya cerna kayu hingga 30 hingga 60%. Jadi, ini berarti dinosaurus ini memakan kayu yang membusuk. Itu benar-benar mengejutkan. Anda tidak mendengar perilaku itu pada hewan modern,” tutupnya.