Pemerintah China menuding National Security Agency (NSA) milik Amerika Serikat melancarkan serangan siber canggih selama penyelenggaraan Asian Winter Games 2025 Februari lalu.
Target serangan siber itu adalah sejumlah industri penting di China, demikian dikutip infoINET dari Reuters, Rabu (16/4/2025).
Menurut kepolisian di kota Harbin, ada tiga agen NSA yang masuk dalam daftar tersangka. Mereka pun menuding Universitas California dan Virginia Tech ada di balik serangan tersebut setelah melakukan investigasi lebih lanjut.
Ketiga agen NSA itu adalah Katheryn A. Wilson, Robert J. Snelling, dan Stephen W. Johnson. Ketiganya juga diketahui sudah berulang kali melakukan serangan siber ke China, tepatnya ke infrastruktur penting, serta melakukan serangan siber ke Huawei dan sejumlah perusahaan lain
Tudingan ini kemudian dikonfirmasi oleh Kementerian Luar Negeri China, yang sudah melaporkan masalah ini ke Pemerintah Amerika Serikat.
“Kami meminta Amerika Serikat bertanggung jawab atas masalah keamanan siber dan…menyetop aksi dan serangan tanpa dasar ke China,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian.
Tudingan ini muncul saat hubungan kedua negara tersebut sedang memanas akibat perang tarif yang saling dilontarkan oleh kedua pemerintahan. Pemerintah China sendiri sudah mengeluarkan peringatan untuk warganya yang mau berkunjung ke Amerika Serikat, dan sudah menyetop impor film dari Amerika ke China.
“National Security Agency (NSA) milik Amerika serikat melancarkan serangan siber ke sejumlah industri penting seperti energi, transportasi, konservasi air, komunikasi, dan institusi penelitian keamanan nasional di provinsi Helilongjiang,” kata Badan Keamanan Publik di kota Harbin.
Mereka juga menyebut serangan tersebut bertujuan untuk menyabotase infrastruktur penting China, yang bisa menyebabkan masalah sosial dan mencuri informasi rahasia.
Aksi NSA itu disebut dilakukan selama Asian Winter Games dan diduga dilakukan dengan mengaktifkan sebuah backdoor yang sebelumnya sudah disusupkan ke dalam sistem operasi Microsoft Windows di beberapa perangkat tertentu di Heilongjiang.
Untuk menutupi jejaknya, NSA membeli sejumlah alamat IP dari beberapa negara dan menyewa sejumlah server jaringan secara anonim di Asia dan Eropa.
Tudingan pemerintah China ini terbilang tak biasa, karena yang sering terjadi adalah Amerika Serikat yang menuding China atas berbagai serangan siber yang dilakukan.