Komdigi Ungkap Internet Satelit Terhubung ke HP Masih Kajian Awal

Posted on

Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) memastikan bahwa layanan internet dari satelit yang terhubung langsung ke ponsel dalam tahap kajian awal. Artinya, pengembangannya masih jauh hingga diimplementasikan dalam waktu dekat.

Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Infrastruktur Digital, Kementerian Komdigi, Wayan Toni Supriyanto, ditanya terkait konsultasi publik Komdigi mengenai Teknologi Non-Terrestrial Network Direct-to-Device (NTN-D2D) dan Air-to-Ground (A2G) di Indonesia.

“Itu direct to device itu baru kajian yang akan kami bawa nanti ke ITU (International Telecommunication Union). Ada frekuensi 2,1, ada teknologi NTN. Itu masih kajian, masih nunggu masukan-masukan,” ujar Wayan di Sragen, Jawa Tengah sebagaimana dikutip dari CNN Indonesia.

Sebagai informasi, Komdigi telah membuka konsultasi publik atas dokumen Call for Information (CFI) Kajian Regulasi dan Kebijakan tersebut.

Konsultasi ini bertujuan menghimpun pandangan, data, serta praktik terbaik dari para pemangku kepentingan mengenai potensi pemanfaatan teknologi NTN-D2D sebagai solusi untuk pemerataan konektivitas digital nasional.

Teknologi NTN-D2D memungkinkan perangkat seluler berkomunikasi langsung dengan satelit tanpa bergantung pada menara BTS. Dengan demikian, internet dapat menjangkau masyarakat di wilayah terpencil, perbatasan dan perairan yang sulit diakses jaringan darat.

NTN-D2D dinilai berpotensi memperluas jangkauan layanan seluler, memperkuat ketahanan komunikasi nasional, serta menciptakan dampak ekonomi digital di daerah.

Dokumen CFI ini disusun untuk mengumpulkan masukan publik mengenai potensi implementasi teknologi NTN-D2D di Indonesia.

Dalam dokumen CFI tersebut, pemerintah terbuka terhadap masukan dari operator telekomunikasi, penyedia layanan satelit, industri perangkat, asosiasi, akademisi, dan masyarakat umum.

Masukan yang diberikan akan menjadi bahan penting dalam penyusunan kebijakan dan regulasi, termasuk aspek teknis, manajemen spektrum frekuensi, model bisnis, dan skema kerja sama antar operator.

Komdigi menjelaskan bahwa teknologi NTN-D2D memungkinkan perangkat seluler berkomunikasi langsung dengan satelit tanpa bergantung pada menara BTS, sehingga dapat menjangkau masyarakat di wilayah terpencil, perbatasan, dan perairan yang sulit dijangkau jaringan terestrial.

Secara konsep, teknologi ini serupa dengan layanan Direct to Cell milik Starlink, yang memungkinkan ponsel biasa mengirim pesan atau melakukan komunikasi langsung melalui satelit tanpa perangkat tambahan. Model ini tengah menjadi tren global karena dianggap mampu menutup “blank spot” sinyal seluler di berbagai wilayah.

Sebelumnya, Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) telah merespon mengenai pemanfaatan teknologi NTN-D2D dan A2G menggunakan pita frekuensi 2 GHz di Indonesia.

“Yang bisa kita tanggapi, pemerintah memperhatikan keberlanjutan industri telekomunikasi yang sudah ada, infrastruktur yang sudah dibangun, mengurusi pelanggan, supaya ini adil,” pungkas Marwan.